Bagaimana cara si kecil belajar? Perhatikan ia saat berada
di lingkungan baru, misal, di pantai. Apakah ia berhenti dan mengobservasi
bagaimana rasa pasir pada kakinya atau langsung ke dalam air laut untuk
bermain? Atau, misal, ia sedang berada di halaman belakang, apa yang ia
lakukan? Mengangkat batu besar dan mencari serangga atau memungut kayu kering
untuk dimainkan nanti?
Dari pengamatan akan hal-hal semacam ini, para orangtua bisa melihat pola belajar dan penyerapan informasi anak. Dari sini juga gayanya yang unik di usia dini bisa dipahami agar mempermudah Anda untuk mengajarkan hal-hal baru dan aktivitas lain kepadanya.
Konsep perbedaan cara belajar atau multiple intelligences (8 tipe kecerdasan) sudah sangat dikenal oleh para pendidik. Howard Gardner, profesor dan psikolog dari Harvard yang menemukan teori bahwa setiap anak memiliki kekuatan spesifik lewat cara belajar mereka, memaparkan bahwa ada yang kuat di bidang musik, seni, motorik halus, membaca dan berbicara, konsep matematika, dekat dengan alam, atau bersosialisasi dengan orang lain. Para guru dan orangtua bisa berfokus pada kekuatan-kekuatan tersebut untuk membantu anak belajar sebaik mungkin.
Namun, mengategorikan anak balita dan anak pra sekolah ke salah satu area tersebut berisiko melewatkan kekuatan lain. Balita masih "mengembangkan kemampuan yang mereka butuhkan untuk beradaptasi dengan dunia di sekitar mereka," papar Maurice J Elias, PhD, profesor psikologi keluarga di Rutgers University. Menurut Elias, kategori untuk balita lebih luas. Ada yang menjadi pembelajar aktif, pembelajar yang pendiam, dan anak yang berada di tengah-tengahnya. Berikut penjelasannya:
Pembelajar aktif
Tipe ini sangat sibuk, ingin tahu, dan sangat bersemangat untuk belajar. Tipe ini akan sangat cerewet dan menyerap pengalaman layaknya spons. Ia pun punya kecenderungan aktif secara fisik dengan kemampuan motorik kasar dan halus yang baik. Mengetahui ketertarikannya sangat mudah, ia akan menunjukkannya. Gunakan ketertarikannya itu untuk membantu Anda membangun rencana dalam mengajarkan sesuatu kepadanya. Anak yang langsung bermain ayunan saat melihat ayunan adalah anak yang sulit untuk duduk diam dan mendengarkan Anda membaca cerita. Jadi, adaptasikan pembacaan cerita ke gaya alaminya. Pilih buku yang lebih cocok dengan ketertarikannya dan biarkan ia bergerak saat Anda bercerita.
Pembelajar yang pendiam
Tipe ini memang terkesan tidak terlalu memiliki banyak ketertarikan terhadap dunia sekitarnya. Namun, tak berarti ia tak merasakan apa yang ada di sekitarnya. Ia akan senang jika dibacakan cerita dan bisa jadi memiliki kemampuan berbicara yang kuat. Ia juga tipe yang suka belajar melalui inderanya; lewat sentuhan, pendengaran, atau penglihatan. Untuk membuatnya mengekspresikan ketertarikan serta pikirannya, tanyakan mengenai harinya, dan carilah cara agar ia bisa bergabung dalam aktivitas. Biarkan ia mencelupkan tangannya ke dalam mangkuk beras sebelum Anda masak.
Di antaranya
Anak yang berada di antara kedua tipe ini memiliki cara belajar yang berbeda. Ia bisa jadi sangat aktif secara fisik, tetapi tetap menyukai ketika dibacakan cerita. Ia bisa pula suka rasa pasir di kakinya seperti rasa debur ombak. Bangun ketertarikannya dengan berbagai cara. Gunakan beragam tipe pesan dan pengalaman. Anak ini lama-kelamaan bisa saja membangun tipe belajar yang spesifik. Namun, ia bisa saja saat ini sedang mencoba berbagai cara dan kesempatan berbeda untuk belajar.
Selain hal-hal yang disebutkan di atas, menurut Elias, temperamen juga memainkan peran dalam cara belajar anak. Misal, anak yang sensitif terhadap stimulan yang kuat, seperti suara kencang, bisa saja tidak merespons baik terhadap pertunjukan langsung yang amat berisik meski pertunjukannya diisi oleh karakter kesukaannya.
Dari pengamatan akan hal-hal semacam ini, para orangtua bisa melihat pola belajar dan penyerapan informasi anak. Dari sini juga gayanya yang unik di usia dini bisa dipahami agar mempermudah Anda untuk mengajarkan hal-hal baru dan aktivitas lain kepadanya.
Konsep perbedaan cara belajar atau multiple intelligences (8 tipe kecerdasan) sudah sangat dikenal oleh para pendidik. Howard Gardner, profesor dan psikolog dari Harvard yang menemukan teori bahwa setiap anak memiliki kekuatan spesifik lewat cara belajar mereka, memaparkan bahwa ada yang kuat di bidang musik, seni, motorik halus, membaca dan berbicara, konsep matematika, dekat dengan alam, atau bersosialisasi dengan orang lain. Para guru dan orangtua bisa berfokus pada kekuatan-kekuatan tersebut untuk membantu anak belajar sebaik mungkin.
Namun, mengategorikan anak balita dan anak pra sekolah ke salah satu area tersebut berisiko melewatkan kekuatan lain. Balita masih "mengembangkan kemampuan yang mereka butuhkan untuk beradaptasi dengan dunia di sekitar mereka," papar Maurice J Elias, PhD, profesor psikologi keluarga di Rutgers University. Menurut Elias, kategori untuk balita lebih luas. Ada yang menjadi pembelajar aktif, pembelajar yang pendiam, dan anak yang berada di tengah-tengahnya. Berikut penjelasannya:
Pembelajar aktif
Tipe ini sangat sibuk, ingin tahu, dan sangat bersemangat untuk belajar. Tipe ini akan sangat cerewet dan menyerap pengalaman layaknya spons. Ia pun punya kecenderungan aktif secara fisik dengan kemampuan motorik kasar dan halus yang baik. Mengetahui ketertarikannya sangat mudah, ia akan menunjukkannya. Gunakan ketertarikannya itu untuk membantu Anda membangun rencana dalam mengajarkan sesuatu kepadanya. Anak yang langsung bermain ayunan saat melihat ayunan adalah anak yang sulit untuk duduk diam dan mendengarkan Anda membaca cerita. Jadi, adaptasikan pembacaan cerita ke gaya alaminya. Pilih buku yang lebih cocok dengan ketertarikannya dan biarkan ia bergerak saat Anda bercerita.
Pembelajar yang pendiam
Tipe ini memang terkesan tidak terlalu memiliki banyak ketertarikan terhadap dunia sekitarnya. Namun, tak berarti ia tak merasakan apa yang ada di sekitarnya. Ia akan senang jika dibacakan cerita dan bisa jadi memiliki kemampuan berbicara yang kuat. Ia juga tipe yang suka belajar melalui inderanya; lewat sentuhan, pendengaran, atau penglihatan. Untuk membuatnya mengekspresikan ketertarikan serta pikirannya, tanyakan mengenai harinya, dan carilah cara agar ia bisa bergabung dalam aktivitas. Biarkan ia mencelupkan tangannya ke dalam mangkuk beras sebelum Anda masak.
Di antaranya
Anak yang berada di antara kedua tipe ini memiliki cara belajar yang berbeda. Ia bisa jadi sangat aktif secara fisik, tetapi tetap menyukai ketika dibacakan cerita. Ia bisa pula suka rasa pasir di kakinya seperti rasa debur ombak. Bangun ketertarikannya dengan berbagai cara. Gunakan beragam tipe pesan dan pengalaman. Anak ini lama-kelamaan bisa saja membangun tipe belajar yang spesifik. Namun, ia bisa saja saat ini sedang mencoba berbagai cara dan kesempatan berbeda untuk belajar.
Selain hal-hal yang disebutkan di atas, menurut Elias, temperamen juga memainkan peran dalam cara belajar anak. Misal, anak yang sensitif terhadap stimulan yang kuat, seperti suara kencang, bisa saja tidak merespons baik terhadap pertunjukan langsung yang amat berisik meski pertunjukannya diisi oleh karakter kesukaannya.