Minggu, 12 Februari 2012

5 Cara Mengubah Pikiran Negatif Anak

Bagaimana jika anak sudah kadung berpola pikir negative ? Tak ada kata terlambat. Sekalipun tidak mudah, apalagi jika anak sudah beranjak remaja, namun pola pikir negatif tetap bisa diubah. Anda tak perlu khawatir, meski hasil survei terhadap 3.000 anak usia sekolah menunjukkan 80 persen dari mereka berpikiran negatif. Survei ini diadakan Pusat Intelegensia Kesehatan terhadap anak sekolah di Indonesia.
1. Butuh kesadaran dan penerimaan dari orangtua. Coba telusuri, apakah sepanjang pertumbuhan dan perkembangan anak ada faktor yang membuatnya berpikiran negatif. Baik faktor peran orangtua, figur penting lainnya, maupun lingkungan. Bisa saja ada peristiwa tertentu yang memicu terbentknya pola pikir negatif.
2. Ajak anak berbicara tentang dirinya sendiri. Ajak anak menggali kelebihan yang ia miliki, hal-hal yang masih perlu ia tingkatkan lagi, dan apa saja yang bisa ia lakukan untuk menolong orang lain. Cara ini bisa membantu anak menemukan lagi konsep diri sekaligus membentuk persepsi dirinya secara positif. Yakinkan anak bahwa setiap anak itu unik, spesial, dan memiliki kelebihan yang tidak dimiliki anak lainnya. Anak usia sekolah dapat diajak bicara demikian.
3. Sampaikan pada anak, ia bisa menjadi yang terbaik versi dirinya sendiri. Contoh, nilai ulangan bahasa Inggris temannya lebih bagus daripada nilai yang diperoleh anak. Namun nilai yang anak peroleh merupakan hasil usaha terbaiknya. Sampaikan pada anak, itulah hasil yang ia capai dengan usahanya sendiri. Jadi, ia juga harus bangga dengan apa yang telah ia raih.
4. Berikan pujian secara tulus pada hal sekecil apapun yang dilakukan. Sekalipun anak hanya mengambilkan barang yang Anda minta, misal, Anda tetap harus mengucapkan terima kasih sebagai bentuk penghargaan atas kebaikannya. Begitu pula jika anak membantu Anda mengerjakan pekerjaan rumah tangga, pujilah hasil kerjanya itu. Tak hanya itu, saat anak bercerita tentang apa yang ia alami seharian di sekolah, Anda perlu mendengarkan dan memerhatikannya. Hal-hal yang tampak sederhana inilah yang justru menjadi poin terpenting dalam membentuk pola pikir positif. Pasalnya, ketika anak mendapat respons dan tanggapan positif dari orangtua, ia akan merasa disayangi, diperhatikan, dan dihargai. Pada akhirnya, ia tahu bahwa dirinya sangat berharga.
5. Orangtua perlu bersikap konsisten terhadap setiap perilaku dan ucapan. Anak selalu menempatkan orangtua sebagai contoh, role model. Jika orangtua mampu menjadi pribadi yang positif dan punya persepsi diri yang positif pula, anak akan melihat ini sebagai contoh. Bukan berarti orangtua tak boleh mengekspresikan emosi negatifnya. Yang penting, jangan lakukan di depan anak, terlebih jika si anak belum mampu memahaminya. Jadi, seperti halnya ketika ibu dan ayah bertengkar, lakukanlah di tempat tertutup dan tidak di depan anak. Atau, tunjukkan kematangan Anda sebagai orangtua dengan menyikapi emosi negatif secara tenang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar