Rabu, 14 Maret 2012

Disiplin Tepat Anak Jadi Kreatif

Bagaimana menerapkan disiplin yang tepat untuk menciptakan anak yang kreatif ? Menurut Elizabeth Hurlock dalam bukunya, Perkembangan Anak, ada tiga cara penanaman disiplin di rumah. Pertama disiplin otoriter, kedua displin permisif, dan ketiga disiplin demokratis. Pola seperti apa yang paling tepat untuk membentuk anak kreatif ?

1. Disiplin otoriter
Pada disiplin model ini, orangtua memberikan aturan yang harus dipatuhi tanpa ada penjelasan. Jika tidak, ia akan dihukum. Hukuman juga dianggap cara terbaik agar anak menjadi taat dan disiplin. Di sisi lain, orangtua kerap mengabaikan penghargaan bila anak berperilaku positif.

Dampaknya, hubungan antara orangtua dan anak kurang harmonis. Anak takut dan tertekan, bahkan ia akan kehilangan inisiatifnya untuk berkreasi. Kurangnya penghargaan juga membuat anak malas berkreasi, alias kreativitasnya mandek.

2. Disiplin permisif
Tipa disiplin seperti ini ditandai dengan adanya kebebasan tanpa batas kepada anak untuk berbuat dan berperilaku sesuai keinginan anak. Tidak ada aturan dan arahan kepada anak. Orangtua seperti ini juga tidak peduli terhadap perilaku anaknya sehingga mereka tidak pernah atau tidak mengontrol sikap dan kurang memberi bimbingan.

Memang kebebasan sesuai dengan konsep kreativitas. Namun, kreativitas tidak berarti bebas tanpa batas. Jika ini sudah terjadi, anak akan kehilangan inisiatif dan kreativitasnya. Sebab, di satu sisi anak bereksplorasi sendiri, tetapi di sisi lain bila tidak diserati dengan penghargaan atas pencapaian sesuatu, lama-lama anak menjadi malas berkreasi.

3. Disiplin demokratis
Model disiplin yang satu ini menekankan hak anak untuk mengetahui mengapa sebuah aturan dibuat, selain anak memperoleh kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya sendiri dan menghilangkan hukuman fisik. Sementara perilaku positif atau sesuai dengan harapan dihargai, baik dengan pemberian pengakuan sosial maupun pujian.

Orangtua memberikan kesempatan dan dorongan disertai feedback yang memadai untuk setiap kreasi yang dibuat oleh anak. Penghargaan yang diterima membuat anak bersemangat untuk terus mencoba dan memanfaatkan imajinasi yang dimilikinya. Kreativitasnya pun semakin berkembang.

Batasan yang diterapkan oleh orangtua juga membuat anak memahami, mana yang boleh dan mana yang tidak boleh dilakukan, selain membantu anak memiliki komitmen terhadap tugas atau hal yang sedang dikerjakannya

Bangkitkan Potensi Anak


Perkembangan kecerdasan anak yang sangat pesat terjadi sejak anak baru lahir sampai usia lima tahun, sehingga hampir 50 persen potensi kecerdasan anak sudah terbentuk pada usia empat tahun. Kemudian secara bertahap mencapai 80 persen pada usia delapan tahun.
Kreativitas anak mulai meningkat pada usia tiga tahun dan mencapai puncaknya pada usia empat setengah tahun. Kreativitas anak akan menurun apabila tidak diupayakan perkembangan potensi kecerdasannya. Data-data ini merupakan hasil penelitian ahli perkembangan anak dari Universitas Georgia Amerika Serikat, Dr Keith Osborn.
Pakar psikologi anak Dr Seto Mulyadi yang akrab dipanggil Kak Seto juga pernah menyatakan bahwa usia balita merupakan masa penting bagi perkembangan potensi seseorang, termasuk rasa percaya dirinya.
Perkembangan potensi anak sangat dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya, karena anak akan dengan cepat menirukan dan belajar dari apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan.
Dengan demikian merupakan kewajiban para orang tua untuk menciptakan lingkungan yang kondusif, tempat anak tumbuh dengan nyaman, sehingga dapat memancing keluar potensi dirinya, kecerdasan dan percaya diri. Disamping itu orangtua perlu memahami tahap perkembangan anak serta kebutuhan pengembangan potensi kecerdasan dari setiap tahap.
Pada masa-masa penting pertumbuhan tersebut, anak memerlukan asupan makanan bergizi yang cukup, disertai kasih sayang dan perhatian orangtua. Kesemuanya ini berguna untuk menunjang pertumbuhan otak dan cara berpikir anak.
Dari hasil penelitian, ternyata kecerdasan anak tidak dapat tumbuh dengan sendirinya, tetapi harus dirangsang. Misal, untuk mengembangkan kemampuan berbahasa pada seorang anak, misalnya, maka orangtua harus rajin menjalin percakapan dengan sang anak. Saat anak masih bayi, tetaplah mengajaknya berbicara dengan suara yang halus, meski anak belum mengerti.
Menurut pendapat Kak Seto, anak dapat dirangsang untuk mengembangkan daya imajinasinya, dengan mendengarkan dongeng dari ibunya. Misalnya, dari dongeng yang didengar, anak akan membayangkan peri cantik yang baik hati atau kancil yang cerdik. Kemudian secara tidak langsung anak juga dapat diajak untuk melontarkan gagasannya pada satu masalah. Orangtua perlu membiasakan melibatkan anak dalam pengambilan keputusan, khususnya menyangkut kepentingan dirinya sendiri, misalnya menentukan makanan dan pakaian yang disukai, serta mengajak anak untuk mengomentari berbagai peristiwa, akan memacu anak untuk terus berpikir mengembangkan gagasannya.
Sejak usia dini, anak juga sudah dapat diperkenalkan pada kegiatan membaca dan menulis. Misalnya dengan cara membuat tulisan nama benda pada karton dan menempelkan tulisan tersebut pada benda yang dimaksud. Ini dapat merangsang daya ingat anak terhadap benda tersebut sekaligus memperkenalkan anak akan bentuk huruf dan tulisan. Untuk memacu kemampuan dasar matematika, anak dapat diperkenalkan pada konsep matematika secara sederhana, misalnya menghitung jumlah anak tangga, menghitung panjang meja dengan jengkal si anak, mengukur tinggi dan berat badannya sendiri.
Kegiatan dalam mengembangkan potensi kecerdasan anak hendaknya dilakukan dengan cara bermain, sehingga anak merasakan sebagai kreativitas yang menyenangkan. Jangan sampai anak merasa dipaksa harus belajar menulis, membaca, dan belajar berhitung. Orangtua harus dapat menciptakan suasana bermain yang dapat menumbuhkan hasrat ingin tahu yang besar serta kemampuan logika yang baik. Selain itu, anak harus dapat perasaannya dengan bebas, seperti rasa marah, sedih, takut, dan kecewa dalam keadaan wajar. Orangtua harus dapat berperan sebagai teman serta mendengarkannya, bukan justru semakin menyudutkan sang anak.
Peran orangtua yang berkualitas dalam mengembangkan kecerdasan dan perkembangan emosi anak secara bertahap, akan mendorong potensi anak untuk tumbuh menjadi pribadi yang memiliki kemampuan kecerdasan yang yang tinggi, pengendalian emosi yang baik, serta kuat mental spiritualnya.

Anak Kreatif Tak Mudah Menyerah

Si kecil perlu memiliki sejumlah karakter yang dapat ditempa sejak belia dengan bantuan orangtuanya. Pembangunan karakter sejak anak-anak akan menentukan seperti apa anak kelak. Sejumlah karakter tersebut di antaranya, berani, rajin, memiliki determinasi yang kuat, fokus pada tujuan, menikmati apa yang dilakukannya, komitmen, tangguh menghadapi tantangan, dan kreatif.

Pembangunan karakter pada anak dapat dilakukan melalui berbagai permainan di rumah, selain juga orangtua harus mencontohkan langsung kepada anak. Karakter menunjukkan siapa diri kita. Apa yang biasa dilakukan itu menunjukkan seperti apa kita nantinya.

Salah satu karakter yang memiliki pengaruh kuat dan menjadi bekal bagi anak kelak adalah kreatif. Cerdas belum tentu kreatif, anak yang kreatif punya banyak jalan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Ia akan tumbuh menjadi pribadi yang tidak mudah gagal. Ia juga terbiasa untuk mencari tahu jalan mana yang efektif, efisien, dan cocok setiap kali dihadapkan pada masalah karena kreativitas yang dimilikinya memunculkan banyak ide.

Anak yang kreatif, lanjut Astrid, tidak mudah menyerah. Berbekal ide segar selalu muncul darinya, dan inilah yang membuat anak tak pernah kehabisan akal. Kalau gagal mencoba dengan satu cara ia akan mencari cara lainnya. Karakter seperti ini, jika terasah dalam diri anak sejak belia, akan menjadikannya sebagai pribadi yang optimis, selalu positif melihat kegagalan, dan ia selalu punya cara untuk menyelesaikan masalah dengan cara original yang tak terpikirkan oleh orang lain sebelumnya.

Kalau kepribadian ini terbentuk sejak kecil, saat dewasa nanti anak Anda akan menjadi sosok yang lebih berani dan siap menjawab berbagai tantangan. Karena ia terbiasa melihat setiap masalah yang dihadapinya sebagai tantangan dan selalu tergerak mencari banyak alternatif setiap kali menghadapi masalah.

Untuk membantu anak mengasah karakter seperti ini, Anda dapat mendampingi anak dalam permainan yang melibatkan imajinasi untuk melatih kognitifnya agar ia mampu berpikir dan mencari solusi atas tantangan yang dihadapinya dalam permainan. Berbagai permainan yang membantu anak memelajari emosinya seperti menghadapi rasa takut dan lainnya juga bisa membantu si kecil membentuk karakter positif.

Untuk mendapatkan anak kreatif, orangtua juga harus kreatif. Bagaimana dengan Anda, ide kreatif apa yang muncul di kepala Anda saat ini untuk membantu anak tumbuh menjadi pribadi yang kreatif ?

8 Trik Mencetak Anak Berprestasi

1. Ciptakan Kehidupan Teratur Dalam Keluarga
Rumah tangga yang harmonis, dengan kasih sayang yang rata pada seluruh anggota    keluarga sangat mendukung perkembangan kemampuan anak.
2. Bacakan Cerita
Mendongeng bisa mendorong kemampuan membaca anak dan kosa kata anak serta   pengalaman mereka.
3. Ciptakan Suasana Gemar Membaca
Dengan mempunyai kesukaan membaca, anak belajar menyerap pelajaran dan memperluas pengetahuan.
4. Dampingi Anak Saat Mengerjakan PR
Mendampingi anak mengerjakan PR adalah saaat yang tepat untuk mengajari mereka cara mengerjakan soal yang baik, bagaimana memahami pertanyaan, mana yang harus dikerjakan dulu dan sebagainya.
5. Berkolaborasi Dengan Guru di Sekolah
Menjalin hubungan yang baik dengan guru disekolah punya banyak keuntungan. Diantaranya kita bisa memperoleh informasi perkembangan anak, dan mendorong anak bersikap baik di sekolah.
6. Masukkan Anak ke sekolah yang baik
Keberhasilan anak di sekolah ditentukan oleh standar keberhasilan di sekolah. Standar yang tinggi bisa memacu anak untuk mencetak prestasi lebih baik. Tapi standar tersebut harus disesuaikan dengan karakteristik anak.
7. Ajari Disiplin
Ajari anak disiplin. Ini sangat penting dengan mengajarkan disiplin mereka mengerti mengatur waktu kapan belajar. Jangan lupa bantu anak untuk berkonsentrasi dan mengingatkan waktu disiplinnya.

Senin, 13 Februari 2012

Memahami Cara Belajar Si Kecil

 Bagaimana cara si kecil belajar? Perhatikan ia saat berada di lingkungan baru, misal, di pantai. Apakah ia berhenti dan mengobservasi bagaimana rasa pasir pada kakinya atau langsung ke dalam air laut untuk bermain? Atau, misal, ia sedang berada di halaman belakang, apa yang ia lakukan? Mengangkat batu besar dan mencari serangga atau memungut kayu kering untuk dimainkan nanti?

Dari pengamatan akan hal-hal semacam ini, para orangtua bisa melihat pola belajar dan penyerapan informasi anak. Dari sini juga gayanya yang unik di usia dini bisa dipahami agar mempermudah Anda untuk mengajarkan hal-hal baru dan aktivitas lain kepadanya.

Konsep perbedaan cara belajar atau multiple intelligences (8 tipe kecerdasan) sudah sangat dikenal oleh para pendidik. Howard Gardner, profesor dan psikolog dari Harvard yang menemukan teori bahwa setiap anak memiliki kekuatan spesifik lewat cara belajar mereka, memaparkan bahwa ada yang kuat di bidang musik, seni, motorik halus, membaca dan berbicara, konsep matematika, dekat dengan alam, atau bersosialisasi dengan orang lain. Para guru dan orangtua bisa berfokus pada kekuatan-kekuatan tersebut untuk membantu anak belajar sebaik mungkin.

Namun, mengategorikan anak balita dan anak pra sekolah ke salah satu area tersebut berisiko melewatkan kekuatan lain. Balita masih "mengembangkan kemampuan yang mereka butuhkan untuk beradaptasi dengan dunia di sekitar mereka," papar Maurice J Elias, PhD, profesor psikologi keluarga di Rutgers University. Menurut Elias, kategori untuk balita lebih luas. Ada yang menjadi pembelajar aktif, pembelajar yang pendiam, dan anak yang berada di tengah-tengahnya. Berikut penjelasannya:

Pembelajar aktif

Tipe ini sangat sibuk, ingin tahu, dan sangat bersemangat untuk belajar. Tipe ini akan sangat cerewet dan menyerap pengalaman layaknya spons. Ia pun punya kecenderungan aktif secara fisik dengan kemampuan motorik kasar dan halus yang baik. Mengetahui ketertarikannya sangat mudah, ia akan menunjukkannya. Gunakan ketertarikannya itu untuk membantu Anda membangun rencana dalam mengajarkan sesuatu kepadanya. Anak yang langsung bermain ayunan saat melihat ayunan adalah anak yang sulit untuk duduk diam dan mendengarkan Anda membaca cerita. Jadi, adaptasikan pembacaan cerita ke gaya alaminya. Pilih buku yang lebih cocok dengan ketertarikannya dan biarkan ia bergerak saat Anda bercerita.

Pembelajar yang pendiam

Tipe ini memang terkesan tidak terlalu memiliki banyak ketertarikan terhadap dunia sekitarnya. Namun, tak berarti ia tak merasakan apa yang ada di sekitarnya. Ia akan senang jika dibacakan cerita dan bisa jadi memiliki kemampuan berbicara yang kuat. Ia juga tipe yang suka belajar melalui inderanya; lewat sentuhan, pendengaran, atau penglihatan. Untuk membuatnya mengekspresikan ketertarikan serta pikirannya, tanyakan mengenai harinya, dan carilah cara agar ia bisa bergabung dalam aktivitas. Biarkan ia mencelupkan tangannya ke dalam mangkuk beras sebelum Anda masak.

Di antaranya

Anak yang berada di antara kedua tipe ini memiliki cara belajar yang berbeda. Ia bisa jadi sangat aktif secara fisik, tetapi tetap menyukai ketika dibacakan cerita. Ia bisa pula suka rasa pasir di kakinya seperti rasa debur ombak. Bangun ketertarikannya dengan berbagai cara. Gunakan beragam tipe pesan dan pengalaman. Anak ini lama-kelamaan bisa saja membangun tipe belajar yang spesifik. Namun, ia bisa saja saat ini sedang mencoba berbagai cara dan kesempatan berbeda untuk belajar.

Selain hal-hal yang disebutkan di atas, menurut Elias, temperamen juga memainkan peran dalam cara belajar anak. Misal, anak yang sensitif terhadap stimulan yang kuat, seperti suara kencang, bisa saja tidak merespons baik terhadap pertunjukan langsung yang amat berisik meski pertunjukannya diisi oleh karakter kesukaannya.

Latihan Bersabar Bikin Anak Lebih Cerdas

 Indira hrs menabung utk membeli yg di-ingin-kan


Apa yang Anda lakukan ketika anak merengek meminta sesuatu ? Langsung memenuhinya daripada ia menangis ? Salah. Karena ternyata, perbuatan ini justru berefek negatif pada perkembangan anak. Sebaiknya latih anak untuk bersabar, dan jelaskan kepadanya bahwa semua hal butuh proses.
Selain jadi lebih mengerti kondisi orangtua saat itu, anak juga melatih kesabaran, dan membuat mereka lebih cerdas. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Bing Nursery School dari Standford University terhadap anak usia 3-4 tahun, anak yang lebih sabar ternyata lebih cerdas.
Penelitian ini dilakukan dengan memberikan pilihan pada anak untuk mendapatkan sebuah marshmallow secara langsung, atau mendapatkan dua buah marshmallow namun mereka harus menunggu selama 3 menit. Hasilnya, anak-anak yang bersedia bersabar untuk menunggu ternyata lebih cerdas, dan mendapatkan poin Scholastic Assessment Test (SAT), 200 poin lebih tinggi dibanding anak yang tidak mau bersabar. Selain mendapatkan skor SAT yang lebih tinggi, anak-anak ini juga memiliki tingkat emosi, dan kehidupan sosial yang lebih matang dan lebih baik.
Selain itu, anak yang sabar juga akan lebih menghargai semua hal yang mereka miliki. Dengan kesabaran anak untuk menanti berbagai hal yang mereka inginkan, secara tak langsung mereka lebih menghargai barang yang sudah mereka peroleh dengan susah payah dan penuh kesabaran.
Sabar, punya banyak manfaat
Untuk hasil maksimal bagi pertumbuhan anak, sebaiknya latih kesabaran anak sejak dini, yaitu sejak bayi. Misalnya, ketika akan menyusui katakan padanya untuk menunggu sebentar karena Anda akan mencuci tangan. Selain menjalin komunikasi intim, ini juga akan membiasakan anak untuk sabar menunggu.
Ketika melatih kesabaran anak, Anda juga bisa melatih banyak hal positif dalam waktu bersamaan dan menyenangkan misalnya,  menabung. Ketika mereka minta dibelikan mainan, ajaklah ia untuk bersabar membelinya dan mulai menabung dalam celengan lucu dengan menyisihkan sedikit uang jajannya untuk membeli mainan itu. Jadi ada tiga manfaat yang bisa diambil sekaligus: sabar, hemat, dan menghargai.

Makan Bersama Eratkan Keakraban Keluarga

Saat ini banyak keluarga yang sudah jarang meluangkan diri untuk makan bersama keluarga. Banyak yang mengganggap remeh kebiasaan ini, dan lebih mementingkan kesibukannya masing-masing. Seringkali kesibukan dan pekerjaan yang dialami keluarga modern menjadi alasan untuk tidak ikut makan bersama. Kebiasaan ini sudah langka, padahal sebenarnya banyak hal yang bisa didapatkan dari kebiasaan makan bersama ini, salah satunya menjalin ikatan emosional antar anggota keluarga. Saat bertemu di meja makan, masing-masing anggota keluarga bisa saling melontarkan obrolan tentang kegiatan harian, rasa masakan yang dimasak, atau hal lainnya yang menyebabkan adanya dialog positif antar anggota keluarga. Selain ngobrol santai, tak jarang momen makan bersama juga menjadi sarana untuk membicarakan berbagai hal serius dalam keluarga, misalnya membahas perilaku anak. Saat makan bisa menjadi sarana yang tepat untuk bicara dari hati ke hati antar keluarga. Namun, meski demikian bukan berarti teguran untuk anak harus dilakukan dengan keras. Adanya rasa rileks karena suasana hati yang santai saat makan membuat otak bisa berpikir dengan jernih sehingga rasa emosional bisa dihilangkan. Inilah seninya makan bersama keluarga, semua hal bisa diungkapkan. Dan pastinya ada momen berharga yang bisa mengakrabkan anggota keluarga satu sama lain, dan membentuk keluarga harmonis. Akan tetapi, ketika sedang makan bersama, rasa makanan juga tetap diperhatikan. Citarasa makanan yang sedap pastinya akan membuat suasana bersantap makin nikmat. Untuk menciptakan makanan yang nikmat dan menjalin keakraban yang lebih dalam, kegiatan masak bersama juga bisa dilakukan. Sekalipun masakan kurang sedap, tetapi jika hidangan dinikmati bersama sambil saling bertukar cerita, pengalaman yang didapat lebih berkesan bukan ? Sebaiknya sesibuk apapun Anda, sempatkan waktu sebentar untuk bisa makan bersama keluarga. Jika tidak sempat menyisihkan waktu untuk makan bersama setiap hari, paling tidak luangkan waktu minimal seminggu dua kali saat weekend.