Perkembangan
kecerdasan anak yang sangat pesat terjadi sejak anak baru lahir sampai usia lima tahun, sehingga hampir 50 persen potensi kecerdasan anak
sudah terbentuk pada usia empat tahun. Kemudian secara bertahap mencapai 80 persen
pada usia delapan tahun.
Kreativitas anak mulai
meningkat pada usia tiga tahun dan mencapai puncaknya pada usia empat setengah
tahun. Kreativitas anak akan menurun apabila tidak diupayakan perkembangan
potensi kecerdasannya. Data-data ini merupakan hasil penelitian ahli
perkembangan anak dari Universitas Georgia Amerika Serikat, Dr Keith Osborn.
Pakar psikologi anak Dr
Seto Mulyadi yang akrab dipanggil Kak Seto juga pernah menyatakan bahwa usia
balita merupakan masa penting bagi perkembangan potensi seseorang, termasuk
rasa percaya dirinya.
Perkembangan potensi
anak sangat dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya, karena anak akan dengan
cepat menirukan dan belajar dari apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan.
Dengan demikian
merupakan kewajiban para orang tua untuk menciptakan lingkungan yang kondusif,
tempat anak tumbuh dengan nyaman, sehingga dapat memancing keluar potensi
dirinya, kecerdasan dan percaya diri. Disamping itu orangtua perlu memahami
tahap perkembangan anak serta kebutuhan pengembangan potensi kecerdasan dari
setiap tahap.
Pada masa-masa penting
pertumbuhan tersebut, anak memerlukan asupan makanan bergizi yang cukup,
disertai kasih sayang dan perhatian orangtua. Kesemuanya ini berguna untuk menunjang
pertumbuhan otak dan cara berpikir anak.
Dari hasil penelitian,
ternyata kecerdasan anak tidak dapat tumbuh dengan sendirinya, tetapi harus
dirangsang. Misal, untuk mengembangkan kemampuan berbahasa pada seorang anak,
misalnya, maka orangtua harus rajin menjalin percakapan dengan sang anak. Saat
anak masih bayi, tetaplah mengajaknya berbicara dengan suara yang halus, meski
anak belum mengerti.
Menurut pendapat Kak
Seto, anak dapat dirangsang untuk mengembangkan daya imajinasinya, dengan
mendengarkan dongeng dari ibunya. Misalnya, dari dongeng yang didengar, anak
akan membayangkan peri cantik yang baik hati atau kancil yang cerdik. Kemudian
secara tidak langsung anak juga dapat diajak untuk melontarkan gagasannya pada
satu masalah. Orangtua perlu membiasakan melibatkan anak dalam pengambilan
keputusan, khususnya menyangkut kepentingan dirinya sendiri, misalnya
menentukan makanan dan pakaian yang disukai, serta mengajak anak untuk
mengomentari berbagai peristiwa, akan memacu anak untuk terus berpikir
mengembangkan gagasannya.
Sejak usia dini, anak
juga sudah dapat diperkenalkan pada kegiatan membaca dan menulis. Misalnya
dengan cara membuat tulisan nama benda pada karton dan menempelkan tulisan
tersebut pada benda yang dimaksud. Ini dapat merangsang daya ingat anak
terhadap benda tersebut sekaligus memperkenalkan anak akan bentuk huruf dan
tulisan. Untuk memacu kemampuan dasar matematika, anak dapat diperkenalkan pada
konsep matematika secara sederhana, misalnya menghitung jumlah anak tangga,
menghitung panjang meja dengan jengkal si anak, mengukur tinggi dan berat
badannya sendiri.
Kegiatan dalam
mengembangkan potensi kecerdasan anak hendaknya dilakukan dengan cara bermain,
sehingga anak merasakan sebagai kreativitas yang menyenangkan. Jangan sampai
anak merasa dipaksa harus belajar menulis, membaca, dan belajar berhitung.
Orangtua harus dapat menciptakan suasana bermain yang dapat menumbuhkan hasrat
ingin tahu yang besar serta kemampuan logika yang baik. Selain itu, anak harus
dapat perasaannya dengan bebas, seperti rasa marah, sedih, takut, dan kecewa
dalam keadaan wajar. Orangtua harus dapat berperan sebagai teman serta
mendengarkannya, bukan justru semakin menyudutkan sang anak.
Peran orangtua yang
berkualitas dalam mengembangkan kecerdasan dan perkembangan emosi anak secara
bertahap, akan mendorong potensi anak untuk tumbuh menjadi pribadi yang
memiliki kemampuan kecerdasan yang yang tinggi, pengendalian emosi yang baik,
serta kuat mental spiritualnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar