Kamis, 17 November 2011

Kecerdasan Multiple

Merangsang kecerdasan bahasa via belajar di fonem dan ILP

Merangsang kecerdasan spasial via belajar di GlobalArt


Merangsang kecerdasan body kinestetik via menari dan belajar balet


Merangsang kecerdasan matematik via belajar matematika on line

  1. Kecerdasan Linguistic (Bahasa)
Mencakup :
-         Membaca
-         Menulis
-         Berbicara
-         Merefleksikan pikiran dan persaan dalam kata
Contoh : penulis
  1. Kecerdasan Mathematical (Matematika)
Mencakup :
-         Kemampuan analisa sebab akibat
-         Kemampuan perhitungan matematik
-         Kemampuan penggunaan system bilangan abstrak
  1. Kecerdasan Body Kinestetik
Mencakup :
-         Kemampuan mengekspresikan ide dan perasaan dlm gerakan tubuh
-         Kemampuan mengontrol gerakan-gerakan tubuh
Contoh : penari, atlet
  1. Kecerdasan Spasial (Imajinasi)
Mencakup :
-         Kemampuan mempersepsi warna, garis dan luas
-         Kemampuan menetapkan arah dgn tepat
Contoh : pelukis, pemahat, arsitek
  1. Kecerdasan Musical
Mencakup :
-         Kemampuan sensitivitas thd bunyi dan ritme
-         Kemampuan mengenali, meniru, menghasilkan maupun mencipkan musik
  1. Kecerdasan Interpersonal
Mencakup :
Kemampuan berelasi dan komunikasi serta memahami maksud org lain
  1. Kecerdasan Intrapersonal
Mencakup :
Kemampuan mengenali dan mengembangkan potensi serta mengekspresikan dirinya
  1. Kecerdasan Naturalis
Mencakup :
Kemampuan mengenali dan memahami sifat-sifat alam
            Contoh : ahli biologi, ahli binatang, ahli tanaman, petani

Selasa, 15 November 2011

5 Cara Salah Mengenalkan Uang pada Anak

Indira sedang masukin duit logam ke celengan

 Indira bisa dapat Rp 300.000,- loh dari celengan-nya


Sah-sah saja untuk mengenalkan anak pada nilai uang. Namun meski niatnya baik, seringkali Anda melakukan berbagai kesalahan ketika mengajarkan anak tentang uang. Bila hal ini tidak juga Anda sadari, bisa-bisa anak pun tak akan mendapat pesan yang ingin Anda sampaikan. Berikut beberapa kesalahan yang sering dilakukan orangtua ketika mengenalkan anak tentang nilai uang:

1. Memberikan contoh yang salah. Mungkin kesalahan ini paling tak disadari ketika melakukannya. Anda mengajarkan kepada anak Anda untuk berhemat dan tidak membelanjakan uang untuk membeli barang yang tak dibutuhkan. Sehingga seringkali Anda melarang anak-anak untuk membeli mainan yang sangat diinginkannya di mall, dengan dalih mereka tidak membutuhkannya. Namun ternyata Anda sendiri asyik belanja-belanja baju, DVD, majalah, atau apa pun yang Anda inginkan. Seharusnya sebagai orang tua, Anda mencontohkan hal tentang pengelolaan uang yang benar tak hanya sebatas ucapan belaka.
Larangan tanpa contoh yang jelas dari orang tua membuat anak menjadi bingung, karena hal ini bertentangan, lebih baik jelaskan dengan memberikan contoh yang tepat.

2. Sulit membedakan kebutuhan dan keinginan. Tak ada salahnya jika membeli sesuatu yang memang sangat dibutuhkan. Namun, hal ini berbeda dengan benda yang kita inginkan. Ketika orangtua sulit membedakan mana kebutuhan dan keinginan, maka anak juga tak akan mampu membedakan keduanya. Misalnya, sepatu keluaran desainer yang menjadi favorit Anda sedang didiskon separuh harga. Anda pun "menyerah" dan membelinya. Kekalahan Anda yang akhirnya membuat Anda membeli sepatu tersebut membuat anak Anda tidak akan belajar bagaimana menolak simbol status baru seperti diskon.
Anak-anak juga perlu belajar bahwa membeli barang yang tak dibutuhkan -meski didiskon- juga sebenarnya juga merupakan pemborosan. Karena sebenarnya uang itu bisa digunakan untuk membeli kebutuhan lainnya.

3. Selalu menyelamatkan anak dari kesalahan. Ketika belajar mengelola uang, anak-anak pasti sering melakukan kesalahan. Misalnya, ketika diberi uang jajan untuk seminggu, biasanya mereka sulit mengelolanya sehingga belum sampai seminggu uangnya sudah habis. Tak jarang Anda merasa kasihan dengan anak-anak, karena mereka tidak bisa membeli jajan lagi karena uangnya habis. Rasa kasihan ini membuat Anda cenderung menyelamatkannya dari kesalahan, sehingga anak tak belajar dari kesalahannya. Sebaiknya, biarkan anak merasakan susahnya tak bisa jajan karena tak ada lagi uang yang dimilikinya.
Jika Anda selalu menyelamatkan anak ketika mereka tidak mengelola uang dengan baik, mereka tidak akan belajar tentang cara mengelola uang dan mereka tidak akan merasakan akibat dari kesalahan yang dibuatnya. Hal ini akan menjadi pelajaran penting tentang hidup sesuai kemampuan mereka.

4. Menghargai segala sesuatunya dengan uang. Pernahkan Anda mengganjar segala sesuatu yang dilakukan anak-anak dengan uang? Jika ya, berhentilah melakukannya. Jangan pernah memberinya imbalan uang untuk segala sesuatu yang memang harus dilakukannya, misalnya membuat PR. Jangan memberinya upah berupa sejumlah uang ketika ia berhasil mendapatkan nilai yang bagus di kelas, atau setelah membantu Anda melakukan pekerjaan rumah. Jika Anda melakukannya, Anda akan gagal memberikan motivasi yang benar untuk bekerja keras dan belajar maksimal di sekolah. Selain itu, yang diterima anak bukanlah kepuasan yang datang dengan melakukan hal yang terbaik untuk mencapai tujuan, tapi untuk mendapatkan uang yang banyak dari Anda.

5. Menggunakan uang sebagai pengganti waktu dan perhatian.
Bekerja seharian untuk memenuhi semua kebutuhan rumah tangga memang umum dilakukan oleh pria dan wanita karier. Namun, hal ini menyebabkan ketidakseimbangan dalam kehidupan rumah tangga. Bagi Anda yang sibuk, seringkali anak tak mendapat perhatian yang cukup. Untuk mengatasi hal ini, biasanya Anda akan memberikan sejumlah uang dan membiarkan mereka memilih semua hal yang mereka inginkan agar mereka bahagia dan tak merengek meminta perhatian Anda.
Bagi Anda, inilah cara paling praktis untuk menunjukkan rasa peduli, dan sebagai pengganti kebersamaan dengan keluarga. Namun ini salah. Sadarkah Anda bahwa tak ada satu pun di dunia ini -bahkan uang sekalipun- yang lebih besar dan berharga untuk anak Anda dibandingkan dengan cinta dan perhatian Anda?

Senin, 14 November 2011

Anak Lebih Cepat Menyerap Bahasa Asing

Indira in Program Green Adventure ILP Kota Wisata

 Indira learn English at ILP Kota Wisata

Indira in Program Green Adventure ILP Kota Wisata

 Indira with her teacher and friend at ILP Kota Wisata

Banyak keluarga muda yang kini membesarkan anak dengan dua bahasa atau lebih. Alasannya sangat beragam. Ada yang karena bersuamikan atau beristrikan orang asing, mendadak harus tinggal di luar negeri, atau sekadar ingin agar anak mengenal bahasa asing sejak dini.
Banyak pula orangtua yang meyakini, mengajarkan bahasa baru pada anak sejak dini lebih menguntungkan, karena anak-anak lebih mudah menyerap bahasa baru tanpa upaya keras. Meskipun hal ini ada benarnya, Roxana A. Soto, salah satu pendiri dan editor SpanglishBaby.com, mengatakan bahwa penyerapan bahasa baru itu tidak terjadi begitu saja. .

Memperkenalkan bahasa kedua pada anak membutuhkan beberapa jenis struktur, dan konsistensi. Konsistensi inilah yang penting, dilakukan dalam setiap percakapan sehari-hari atau dalam situasi yang lebih formal. Maksudnya, agar bahasa tersebut dipelajari dengan cara yang menarik dan penuh arti, sesuai dengan kehidupan sehari-hari.
 
Sementara itu, Barbara Zurer Pearson, penulis buku Raising a Bilingual Child, mengatakan, tak ada kata terlambat, atau terlalu cepat, untuk mengajarkan anak bahasa keduanya. Belajar bahasa kedua itu lebih mudah untuk anak-anak di bawah 10 tahun, dan lebih mudah lagi untuk anak balita, dibandingkan dengan orang dewasa yang butuh upaya lebih besar untuk memelajarinya.

Waktu ideal untuk mengajarkan bahasa baru pada anak ini adalah sejak mereka lahir hingga usia 3 tahun. Rentang usia ini bertepatan dengan masa ketika anak memang belajar berbicara, dimana pikirannya masih terbuka dan fleksibel. Namun usia 4 hingga 7 tahun juga menjadi waktu terbaik untuk mengajarkan bahasa kedua untuk anak, karena mereka masih memproses beberapa bahasa dalam satu jalur. Artinya, mereka membangun sistem bahasa kedua bersamaan dengan yang pertama, dan belajar kedua bahasa tersebut seperti penduduk aslinya.

Anak di atas 7 tahun sebenarnya belum terlalu terlambat untuk belajar bahasa kedua. Sebab, waktu ideal ketiga untuk memelajari bahasa kedua adalah sekitar usia 8 hingga masa pubertas. Menurut penelitian, setelah memasuki pubertas, bahasa-bahasa baru akan disimpan dalam area yang terpisah di dalam otak. Sebagai hasilnya, anak harus menerjemahkan lebih dulu bahasa tersebut, atau menggunakan bahasa pertamanya sebagai jalur menuju bahasa baru.

Kita tentu sering mendengar tentang keuntungan khusus bagi anak-anak yang masih kecil untuk belajar dua bahasa, sehingga hal itu bisa mematahkan semangat anak-anak yang lebih tua.

Minggu, 13 November 2011

Membentuk Anak Agar Tampil Berani

 
Performance Bungo Cempak di Acara Beautiful Day 

 Fashion Show Gaun Pesta di Acara BHK Fair

Tari Kupu-Kupu di Acara Pentas Seni

Fashion Dance di Acara BHK Fair


Tidak harus menjadi berani, anak juga perlu dilatih agar mampu menyampaikan pendapatnya sejak dini. Hal seperti inilah yang menjadi patokan penting orangtua dalam mendidik anak. Pola asuh yang tepat untuk anak yaitu dengan cara melihat kebutuhan masing-masing anak.

Mengatur anak tidak selamanya harus dengan cara demokratis. Karena pada kasus anak yang memiliki masalah, pola asuh yang tepat adalah dengan bertindak otoriter. Sementara bila anak cenderung mandiri, pola asuh demokratis itu yang paling tepat.

Mengajak anak ke tempat-tempat yang memotivasi dirinya untuk berani tampil di depan umum, seperti pertunjukan seni, akan mendorong anak belajar bahwa orangtua senang kalau anaknya tampil. Namun, dampak pada masing-masing anak akan berbeda.

Kalau pada kasus anak yang sukses dapat tampil di muka umum, memberi nilai positif yaitu timbulnya rasa percaya diri pada anak. Sementara bila anak secara populeritas tidak siap tampil, maka secara psikologis akan membuat anak merasa gagal karena hanya terpaksa mengikuti keinginan orangtuanya.

Untuk menghindari hal-hal negatif yang akan timbul, sebaiknya perlu ada kesepakatan antara orangtua dan anak. Karena pada dasarnya tindakan mendorong anak untuk tampil di muka umum itu sangat positif untuk perkembangan anak. Ketika anak mendapati kondisi kalah dan dia akan tahu bagaimana cara menyikapinya. Meski mengikutsertakan anak untuk unjuk gigi sering dikategorikan sebagai tindakan eksploitasi anak.

Memang keinginan orangtua untuk membuat anaknya tenar lebih pada tindakan egois mereka. Namun, sebenarnya membentuk anak agar berani tampil itu merupakan salah satu pembelajaran disiplin pada anak. Sehingga pada masa yang akan datang anak akan lebih siap menjalani sebuah kompetisi.

Meskipun kondisi perekonomian suatu keluarga sangat mengkhawatirkan, anak sebaiknya jangan dieksploitasi untuk mencari nafkah. Karena tugas orangtua harus mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Tapi kalau anak bisa membantu mencari nafkah dan anak memang menginginkannya, maka hal itu boleh-boleh saja dilakukan

Anak Tunggal Lebih Cerdas

Mendapat perhatian dari Bude


 Mendapat perhatian dari Ibu Guru


 Mendapat perhatian dari Bunda


Mendapat perhatian dari Ayah


Anak tunggal tidak mandiri dan cenderung manja. Mereka egois dan tidak mau mengalah, karena mereka tidak pernah berbagi dengan saudara kandung. Mereka menjadi satu-satunya curahan kasih sayang orangtuanya, dan karenanya menganggap pendapatnya harus selalu disetujui orang lain.
Rasanya tidak fair jika menuduh semua karakter ini sudah melekat pada diri anak tunggal, meskipun sebagian ciri-ciri tersebut memang benar.
Penelitian membuktikan bahwa Only-Child Syndrom, atau sindrom anak tunggal, tidak pernah ada. G. Stanley Hall, pelopor psikolog Amerika pada awal abad 20, pernah mengatakan bahwa karakter semacam itu sebenarnya disebabkan oleh pribadi anak tunggal itu sendiri, bukan karena mereka anak tunggal.
Penelitian lain yang cukup populer dilakukan pada 1928 oleh Norman Fenton, dan pada pertengahan '80-an oleh Toni Falbo, profesor di bidang psikologi pendidikan di University of Texas. Mereka menyimpulkan bahwa anak tunggal sebenarnya tidak berbeda daripada anak-anak yang memiliki saudara kandung. Mereka bisa saja manis, culas, pandai menyesuaikan diri, kuper, cerdas, atau apa saja karakter anak pada umumnya. Apa yang membuat karakternya menjadi egois atau kuper, sebenarnya kembali pada pola asuh yang diterapkan orang tua.
Susan Newman, psikolog sosial dari Rutgers University, dan penulis buku Parenting an Only Child, mengatakan, memang banyak orangtua yang mempersepsikan bahwa anak tunggal itu manja, agresif, diktator, dan tidak dewasa. Namun ternyata tidak ada bukti ilmiah apa pun yang bisa membuktikan mitos-mitos itu.
Ada ratusan penelitian yang mengungkapkan bahwa anak tunggal tidak berbeda dengan anak kebanyakan,
Dari penelitian yang ada justru terlihat bahwa ada perbedaan signifikan mengenai kecerdasan anak tunggal. Studi yang sudah dilakukan selama 20 tahun menunjukkan anak tunggal memiliki jenjang pendidikan yang lebih tinggi, hasil tes dan pencapaian lain yang lebih baik. Hal ini disebabkan anak tunggal memiliki seluruh sumber keuangan orangtuanya untuk mengikuti berbagai kursus. Mereka mempunyai lebih banyak waktu untuk membaca, mengerjakan PR, dan hasilnya adalah hasil tes yang lebih baik. Secara keseluruhan, pencapaian prestasi mereka juga lebih baik.

Kamis, 10 November 2011

Plus Minus Komputer Bagi Si Batita

Indira sdg utak-ataik komputer

Indira sedang asyik main komputer

Komputer bisa dijadikan sebagai sarana stimulasi. Namun, jaga jangan sampai anak kecanduan olehnya.
Seorang teman bercerita kalau anaknya yang belum genap 3 tahun sudah melek teknologi komputer. Si kecil bukan hanya dapat memainkan program-program sederhana, seperti mewarnai atau menggambar, tapi juga dapat menghidupkan dan mematikan komputer itu tanpa bantuan orang dewasa.
Komputer memang akrab dengan si kecil jika benda itu hadir di rumah. Bahkan kalau diberi kesempatan, ia pasti antusias mengutak-atik benda ini; entah dengan menekan-nekan keyboard-nya atau menguncang-guncang mouse di sebelahnya. Ditambah tampilan gambar yang menarik di monitornya, maka kotak ajaib berteknologi tinggi ini sungguh menarik minatnya.

Hardware dan Software
Pertanyaannya, sudah bolehkah si batita dikenalkan pada komputer? Jawabannya, boleh-boleh saja kok. Apalagi teknologi ini sudah tidak bisa dihindari penggunaannya pada saat ini dan masa datang. Namun, tetap ada yang mesti dicermati orangtua, seperti:

1. Mengenalkan perangkat komputer
Langkah pertama adalah mengenalkan anak pada perangkat keras komputer, seperti yang mana mouse, keyboard, Central Processing Unit (CPU), modem (kalau terlihat), speker, dan monitor. Jelaskan apa fungsinya satu per satu sesuai dengan pemahaman si kecil.
Prinsipnya, anak boleh menyentuh perangkat ini asalkan tidak berhubungan dengan listrik secara langsung. Jaga jangan sampai terjadi korsleting atau kemungkinan tersetrum oleh bagian tertentu dari perangkat komputer. Tak perlu mengajari anak batita bagaimana menghidupkan komputer karena biasanya bersentuhan dengan stabilizer yang berhubungan langsung dengan kabel listrik.
Agar proses pengenalan perangkat komputer terasa nyaman, carikan anak meja atau kursi yang sesuai dengan ukuran tubuhnya (ergonomis). Dengan begitu, si batita dapat memakainya dengan mudah. Misalnya, jangan sampai letak mouse dan monitornya terlalu tinggi sehingga kepala harus mendongak yang dapat menyebabkan kelelahan. Asal tahu saja, alat kerja yang tidak ergonomis tidak baik bagi anatomi anak untuk jangka panjang.

2. Mengenal program edutainment
Awalnya komputer dititikberatkan pada proses pengolahan data. Akan tetapi karena teknologi makin pesat, saat ini komputer sudah menjadi sarana informasi dan pendidikan. Nah, hal kedua yang dapat dicoba adalah mengenalkan anak pada program-program aplikasi (software) yang bersifat mendidik dan menghibur yaitu perpaduan antara education (pendidikan) dan entertainment (hiburan). Program aplikasi ini mampu menumbuhkembangkan kreativitas, imajinasi, serta melatih saraf motorik anak. Contohnya, permainan mengenal benda, menyusun pasel sederhana, mencari benda yang sama, mengenal huruf, mengenal warna, lagu-lagu, dan sebagainya. Biasanya, untuk batita yang ditekankan adalah pengenalan gambar, warna, dan suara.
Yang patut diperhatikan, pilihlah perangkat lunak yang memang ditujukan untuk anak berusia di bawah tiga tahun. Maksudnya agar materi yang didapat sesuai dengan tingkat kemampuannya. Selanjutnya, orangtua tak perlu khawatir anak akan menerima pengetahuan teknologi terlalu dini karena metode yang digunakan adalah belajar sambil bermain.

Plus Minus Komputer
Kemunculan teknologi komputer sendiri sesungguhnya bersifat netral. Pengaruh positif atau negatif yang bisa muncul dari alat ini tentu saja bergantung pada bagaimana pemanfaatannya. Yang pasti, komputer akan memberikan pengaruh positif bila digunakan dengan bijaksana, yaitu membantu pengembangan intelektual dan motorik halus anak.

1. Efek positif
    - Program komputer menciptakan suasana yang menyenangkan bagi anak. Selain belajar memahami 
       teknologi sejak dini, juga merangsang perkembangan kognitif melalui permainan-permainan yang  
       menarik, dengan begitu komputer bisa digunakan untuk menstimulasi.
    - Gambar-gambar dan suara yang muncul juga membuat anak tidak cepat bosan sehingga dapat 
       merangsangnya belajar lebih jauh lagi. Sisi baiknya, anak dapat menjadi lebih tekun dan terpicu untuk 
       belajar berkonsentrasi.
    - Sebenarnya, jika diarahkan dengan benar, banyak sekali manfaat yang bisa dipetik. Dengan kata lain, 

       asalkan programnya tepat, maka komputer sebenarnya tak terlalu buruk buat anak.

2. Efek negatif
    - Efek radiasi dari monitor mesti diwaspadai, apalagi jika monitor memiliki refresh rate yang rendah, 
       misalnya 60 Hz, maka akan terjadi kedipan (flicker) yang akan melelahkan mata anak. Perhatikan juga 
       masalah tata ruang dan pencahayaan. Cahaya yang terlalu kontras dan jarak pandang terlalu dekat dapat 
       mengganggu indra penglihatan anak.
    - Bisa jadi orangtua tak menyeleksi software yang diberikan kepada anak terlebih dulu. Jika materinya 
       memuat unsur kekerasan atau agresivitas, anak bisa saja meniru perilaku buruk itu.
    - Anak jadi lebih senang mengutak-atik komputer dibandingkan bermain bersama teman jika waktunya 
       tidak dibatasi. Alhasil, anak jadi kecanduan komputer. Oleh karena itu, batasi penggunaan komputer, 
       paling lama satu jam setiap hari untuk si batita. Pengaturan waktu ini perlu dilakukan agar anak tidak 
       berpikir bahwa bermain komputer adalah satu-satunya kegiatan yang menarik.