Kamis, 29 Desember 2011

Anak Ceriwis Tanda Cerdas


Suka bercakap-cakap atau ceriwis merupakan salah satu pertanda kecerdasan karena berarti anak mampu menyerap informasi secara verbal, memahami, menarik kesimpulan, dan mengungkapkannya lewat keterampilan berbahasa yang baik.

Kelancaran anak berbicara dimulai pada usia 2 tahun. Di usia ini ia sudah bisa merangkai kata menjadi kalimat sederhana, kosakatanya semakin bertambah, dan penguasaannya terus berkembang. Apalagi jika lingkungan memberi stimulasi yang memadai.

Seiring dengan pertambahan usia, kemampuan anak semakin meningkat. Ia pun menjadi lebih ceriwis. Lebih lanjut, anak jadi ceriwis karena ia merasakan kesenangan saat bereksplorasi dengan lingkungan, baik itu orang baru, hal-hal baru, pengetahuan baru, dan sebagainya.

Selain itu anak juga banyak bicara dengan tujuan mendapatkan perhatian lingkungan. Dia belajar dari pengalamannya, dengan banyak bicara orang jadi memperhatikannya karena dianggap menarik atau lucu.

Yang jelas, anak-anak yang senang bicara dan bercerita biasanya senang berinteraksi dan berani mengungkapkan apa yang mereka pikirkan, rasakan dan inginkan kepada orang lain. Mereka memiliki potensi untuk bergaul dan mengembangkan relasi interpersonal yang lebih luas dibanding dengan anak-anak yang kurang terbuka dan kurang aktif bicara.

7 Kalimat untuk Menginspirasi Anak

Sebagai orang tua, sudah sepatutnya jika Anda selalu menginspirasi anak dengan berbagai kalimat pembangkit semangat. Namun, situasi hati yang sedang tak menentu kadang membuat kalimat yang keluar dari mulut kita justru membuatnya patah semangat.
Berkomunikasi dengan anak-anak dengan efektif bisa sangat sulit, terkadang kata yang kita sampaikan artinya bisa berbeda ketika sampai di telinga mereka. Karena, anak-anak tidak bisa diharapkan untuk mampu mencerna kata-kata dan konteks kalimat dengan cara yang sama dengan orang dewasa, kata Vicki Panaccione, PhD, psikolog dan pendiri Better Parenting Institute di Melbourne.
Jika Anda ingin anak-anak bisa tumbuh menjadi yang terbaik, usahakan mengganti kata-kata yang Anda sampaikan dengan kata-kata yang membantu membangun karakter anak.

Kalimat Anda: "Kamu yang terbaik"
Yang didengar anak: "Tugasmu adalah membuat bunda senang"
Kalimat yang lebih baik: "Kamu harus bangga atas kerja kerasmu"

Tak ada salahnya memuji keberhasilan anak. Namun, jangan terlalu berlebihan. Pujian yang berlebihan dapat menjadi bumerang bagi orang tua dalam tumbuh-kembang anak. Anak-anak akan menjadi haus pujian, dan akhirnya mereka akan menjadi orang-orang yang selalu ingin dipuji. Selain itu, dengan pujian seperti "kamu hebat", "kamu cantik", "kamu pintar" secara tak langsung akan membuatnya berpikir bahwa Anda hanya mencintainya saat mereka terlihat hebat, dan pandai saja.
Sebuah penelitian yang dilakukan Carol Dweck, PhD, psikolog sosial dari Columbia University, menyatakan, anak-anak yang dipuji karena "berusaha keras" saat melakukan tes ternyata lebih mampu melakukan tugas yang sulit dibandingkan anak-anak yang dipuji karena "pintar".
Memuji sifat anak dan membuat janji bahwa mereka akan sukses karena anak-anak punya sifat tersebut akan mengurangi nilai usaha, sehingga anak-anak menjadi takut menghadapi tantangan. Karena mereka pikir dengan punya sifat itu saja sudah cukup sehingga mereka akan berhenti ketika mereka sudah selangkah lebih maju dibanding teman lainnya.

Kalimat Anda: "Jaga cara bicaramu"
Yang didengar anak: "Bunda sudah mengajari kamu cara bicara"
Kalimat yang lebih baik: "Bunda senang kamu sudah bicara pada bunda. Tetapi, lain kali tolong jangan menggunakan kalimat itu lagi, karena bisa membuat orang tersinggung"

Memang mengkhawatirkan bila anak-anak sering meniru kalimat-kalimat makian yang didengarnya di televisi. Namun Anda bisa menegurnya dengan kalimat alternatif yang lebih baik, sehingga mereka pun menyadari kesalahannya. Ingatlah juga bahwa pembicaraan tentang kalimat yang dianggap kurang sopan dan menyinggung perasaan ini sebaiknya dilakukan saat akhir pembicaraan.

Kalimat Anda: "Bunda tidak punya uang membelinya"
Yang didengar anak: "Uang adalah segalanya"
Kalimat yang lebih baik: "Di rumah, kita sudah punya semua barang di toko itu"

Bagi Anda, anak-anak pasti tak membutuhkan dua jenis mainan yang sama. Namun, berulang kali mengungkapkan bahwa Anda tidak punya uang adalah satu-satunya alasan bahwa mereka tidak bisa memiliki barang yang diinginkannya. Hal ini menciptakan kesan bahwa uang adalah sumber semua hal baik dalam hidup. Pasti Anda ingin punya anak yang berkelimpahan sampai dewasa, bukan secara materi, tapi dalam arti bahwa apa yang Anda miliki membawa sukacita, kata Marcy Axness, PhD, seorang spesialis perkembangan anak.

Kalimat Anda: "Jangan takut, semua akan baik-baik saja"
Yang didengar anak: "Kamu terlalu berlebihan"
Kalimat yang lebih baik: "Bunda tahu apa yang kamu alami, ceritakan pada bunda"

Ketika seorang anak pulang dalam keadaan kesal karena diejek teman, atau gagal menjadi juara, maka hiburan dari Anda sangat diperlukannya. Tapi anak-anak perlu belajar bagaimana mengekspresikan perasaannya, menghadapi dan menyelesaikannya. Jika tidak, mereka akan sulit menghadapi masalahnya.
Di sisi lain, anak-anak tidak seharusnya selalu terpuruk pada perasaan sedihnya. Jika hal ini terjadi, lebih baik Anda memberikan dorongan yang mereka butuhkan agar mereka bisa menyelesaikan masalahnya sendiri. Orangtua biasanya lebih memilih memberikan kenyamanan dengan hanya mendengarkan daripada bicara. Jika Anda hanya terbiasa mendengarkan, maka anak akan selalu curhat ke Anda, namun tidak akan mendapat motivasi apapun kata Mel Levine, MD, dokter anak dari University of North Carolina.

Kalimat Anda: "Jangan bicara pada orang asing"
Yang didengar anak: "Semua orang yang tidak kamu kenal pasti akan menyakiti kamu"
Kalimat yang lebih baik: "Jangan bicara pada orang yang membuat kamu tidak nyaman"

Kalimat ini sebenarnya menandakan kekhawatiran orangtua yang takut anaknya akan jadi korban penculikan. Namun fenomena sekarang ini menunjukkan, anak tak hanya menjadi korban penculikan dari orang asing saja, tapi justru menjadi korban penculikan oleh orang yang sudah dikenal baik. Inilah sebabnya mengapa lebih masuk akal untuk memberitahu anak untuk waspada terhadap siapapun, orang asing maupun kenalan yang membuat mereka merasa tidak nyaman.

Kalimat Anda: "Kamu harus berbagi"
Yang didengar anak: "Berikan mainanmu"
Kalimat yang lebih baik: "Adikmu mau bermain dengan mainanmu sebentar. Jangan khawatir, mainan itu tetap jadi milikmu, dan ia akan mengembalikannya"

Anda tidak akan memberikan kunci mobil Anda kepada tetangga Anda. Analogi inilah yang perlu disampaikan pada anak jika Anda meminta mereka untuk berbagi mainan. Anak-anak masih sulit untuk membedakan dengan jelas antara objek mereka sendiri, dan yang bisa digunakan untuk berbagi. Jadi pada dasarnya Anda meminta mereka untuk memberikan bagian dari diri mereka sendiri kata David Elkind, PhD, psikolog dan penulis buku The Hurried Child.
Salah satu cara agar anak percaya benda tersebut masih menjadi miliknya adalah dengan menuliskan nama pada benda yang akan dipinjamkan kepada orang lain. Dengan demikian ia tahu bahwa Anda tak memaksanya untuk memberikan mainannya kepada orang lain.

Kalimat Anda: "Kenapa kamu...." (melanggar jam malam, memukul adik, atau membuat keributan)
Yang didengar anak: "Kamu pengacau"
Kalimat yang lebih baik: "Menurut bunda, kamu melanggar jam malam karena kamu tak mau segera pulang. Bunda bisa mengerti, tapi jangan diulangi lagi ya, Nak!"

Orangtua terkadang terlalu banyak memberikan pertanyaan yang cenderung menghakimi anak, dan membuat anak mengakui perbuatannya. Padahal, Anda sebenarnya sudah tahu jawabannya. Hal ini akan membuat Anda terlihat seperti diktaktor. Orangtua memang perlu memberitahu anak ketika mereka berbuat salah. Namun, rasa malu yang terlalu sering dialami anak akan mematikan perasaan bersalahnya.
Anak-anak tanpa hati nurani adalah anak yang tidak pernah mengembangkan kemampuan untuk merasakan apa yang dirasakan orang lain. Hal ini dapat menyebabkan mereka mencuri, berbohong, berkelahi, dan melakukan kekerasan. Lebih baik katakan bahwa Anda tahu apa yang mereka lakukan, kemudian jelaskan mengapa hal itu tak boleh dilakukan.

5 Langkah Mengatasi Anak Pemalu

Orangtua kerap merasa kebingungan untuk mengatasi anak mereka yang punya sifat pemalu. Jika selalu membantu sang anak untuk mengatasi rasa takut dan malu saat bertemu orang baru, Anda pasti khawatir akan perkembangan kehidupan sosialnya di masa depan. Selain itu, anak-anak juga akan selalu tergantung pada orangtuanya. Anak-anak pemalu cenderung membatasi pengalaman mereka, tidak mengambil risiko sosial yang diperlukan, dan hasilnya mereka tidak akan memperoleh kepercayaan diri dalam berbagai situasi sosial.
Namun, ada beberapa cara yang bisa dilakukan orangtua agar anak-anak merasa lebih nyaman dalam kelompok, yakni mempraktekkan keterampilan kompetensi sosial dan membuatnya tak menjadi anak pemalu.

1. Gunakan kontak mata. Saat bicara dengan anak, biasakan untuk selalu menggunakan kontak mata langsung. Secara tak sadar, hal ini akan memperkuat rasa percaya diri anak. Adanya kontak mata saat menghadapi lawan bicara akan menimbulkan kepercayaan diri bagi seseorang. Namun, jika anak tak nyaman saat melakukan kontak mata, ajarkan dia untuk bicara sambil menatap hidung lawan bicaranya. Dengan beberapa kali latihan seperti ini, lama-kelamaan rasa percaya dirinya akan meningkat dan teknik ini tak lagi dibutuhkan.

2. Ajarkan percakapan pembuka dan penutup.
Buatlah sebuah daftar kalimat untuk membuka dan menutup percakapan untuk berbagai kelompok seperti, orang yang belum pernah ditemui, orang yang sudah dikenal, seorang teman baru, dan lainnya. Kemudian latihlah mereka untuk berbicara saling berhadapan dengan berbagai tipe lawan bicara yang mungkin ditemuinya. Melatih kemampuan dan keberanian secara langsung dengan lawan bicara akan jauh lebih berhasil untuk mengurangi rasa malu anak dibandingkan dengan pembicaraan di telepon.

3. Melatih dalam berbagai situasi sosial.
Jika kebetulan Anda menghadiri acara yang tidak terlalu formal dan diperbolehkan membawa anak, ajaklah dia dalam acara tersebut sekaligus melatihnya untuk menghilangkan rasa canggung dan malu. Siapkan anak untuk menghadapi acara tersebut dengan menjelaskan situasi yang kemungkinan akan terjadi, begitu juga mengenai orang yang akan mereka temui, sampai apa yang Anda harapkan dari si kecil. Hal ini bertujuan untuk membuatnya nyaman dan lebih mengenal situasi acara karena anak-anak akan lebih nyaman dan lebih berani ketika mereka sudah mengenal sebuah tempat dan acaranya terlebih dahulu. Kemudian bantu ia untuk berlatih saat bertemu orang baru, mengenal table manner, keterampilan percakapan, sampai mengucapkan selamat tinggal.

4. Berlatih dengan anak yang lebih muda. Philip Zimbardo, psikolog yang kerap menangani masalah menghadapi rasa malu, merekomendasikan sebuah cara untuk mengatasi rasa malu pada anak-anak. Caranya dengan mengelompokkan anak pemalu dengan anak-anak yang usianya lebih muda. Secara tidak langsung mereka akan memulai percakapan dan secara naluri akan membuat mereka lebih percaya diri karena dia merasa lebih dewasa dan bisa melindungi adik-adiknya.

5. Gunakan metode "one on one". Dr Fred Frankel, psikolog dari UCLA Social Skills Training Program, menyarankan, untuk mengatasi rasa malu pada anak, gunakan metode one on one sebagai cara untuk membangun kepercayaan sosial. Ini adalah suatu metode Anda mengundang seorang anak lain untuk bermain bersama anak Anda selama beberapa jam. Hal tersebut bertujuan agar mereka mengenal satu sama lain, dan melakukan berbagai kegiatan untuk meningkatkan kemampuan berteman.

4 Kiat Saat Mengajar Anak Membaca

Orangtua yang berniat mengajarkan membaca pada anak usia prasekolah, tak ada salahnya mencoba. Pada prinsipnya, muatan apa pun dapat diajarkan pada anak usia prasekolah. Asalkan pastikan teknik pengajaran yang digunakan sesuai dunia anak-anak dan tak ada unsur paksaan.

Herlina Mustikasari SPd, MA, PhD, dari Lembaga Easy Reader, Bumi Serpong Damai, Tangerang Selatan mengatakan yang juga perlu dicermati orangtua, titik berat pengajaran membaca untuk anak usia prasekolah adalah menumbuhkan minat baca bukan kemampuan membaca.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan saat akan mengajari anak membaca:

1. Ingat, mereka adalah anak-anak, bukan orang dewasa seperti kita. Sesuaikan metode pengajaran dengan kapasitas usianya.
2. Gunakan teknik yang menarik untuk anak.
3. Saat mengajari anak, hindari hal-hal yang bisa menganggu konsentrasi, seperti suara televisi.
4. Catat setiap sesi belajar dan kemajuan yang ada untuk dianalisa sebagai bahan mengajar lebih jauh.

Rabu, 28 Desember 2011

Orang Tua Kreatif Hasilkan anak Cerdas

Setiap orang tua pasti ingin memiliki anak yang cerdas. Banyak hal pun dilakukan agar sang buah hati tumbuh besar dan cerdas, salah satunya dengan memberikan pendidikan formal maupun informal. Meskipun begitu, saat di rumah orang tua tetap memiliki peran yang sangat penting dalam pendidikan anak, khususnya anak yang masih balita.
Orang tua memiliki porsi yang sangat besar dalam tumbuh kembang anak. Guru-guru di sekolah hanya sebagai partner orang tua dalam mendidik anak, dan bukan sebaliknya.
Ada banyak cara yang bisa dilakukan orang tua untuk mendidik anak-anak di luar jam sekolahnya. Fasilitas-fasilitas yang ada di sekolah, memang belum tentu ada di rumah. Di sini lah kreativitas orang tua diperlukan untuk menggunakan peralatan yang ada dan biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari agar anak bisa belajar dan mengenal.
Dengan lebih mengenal bagaimana harus menjalani kehidupan sehari-hari secara langsung, anak tidak hanya sekadar menghafal teori-teori semata. Orangtua bisa memberikan anak sedikit tanggung jawab untuk merapikan tempat tidurnya sendiri, ataupun menyiram tanaman. Anak pun akan lebih mudah menyerap informasi dari orang tuanya karena adanya hubungan emosional yang kuat antara orang tua dan anak. Ini hubungan alami yang terjadi antara orang tua dan anak. Dengan demikian anak akan merasakan rasa aman dan nyaman ketika belajar dengan orang tuanya.
Tak hanya membantu anak mengulang kembali pelajaran ataupun aktivitas lain di sekolah, orangtua juga harus mengetahui setiap tahap perkembangan anak di sekolah. Dengan demikian, komunikasi antara guru dan orangtua sangat diperlukan untuk mendukung tumbuh kembang anak dengan optimal dan menghasilkan anak yang cerdas.

Meningkatkan Perkembangan Sosial Anak

Anak harus memiliki dunia sosial. Hanya saja, dalam perkembangannya, ia harus mendapat pengarahan dari orangtua. Apa saja ?

Untuk Bayi
Kalau Anda menuntaskan tugas-tugas rumah tangga dengan mengajak bayi Anda, ia acap mendapat banyak perhatian dari orang-orang di sekitar Anda. Ia melihat banyak wajah dan mendengar suara-suara baru, jadi pastikan untuk bicara kepadanya dan selalu dekat dengannya agar ia merasa nyaman dengan kehadiran Anda. Ini akan membantunya mengembangkan rasa aman dan memberinya kepercayaan diri menghadapi lingkungan dan wajah-wajah yang belum diakrabinya.

Anda juga akan menemukan kalau bayi Anda tertarik kepada bayi-bayi lain yang Anda temui sepanjang jalan. Jangan ragu untuk berhenti dan biarkan bayi Anda berinteraksi dan bermain dengan mereka. Mereka bisa 'bersosialisasi' dengan kontak mata dan berkomunikasi melalui suara dan gerak tubuhnya.

Jika Anda meninggalkan rumah dan kembali, ucapkan "Selamat tinggal" dan "Halo" atau salam lainnya kepada semua anggota keluarga. Setelah beberapa lama, hal ini mengajarkan kepada bayi Anda bahwa ia selalu disambut kembali oleh keluarganya. Ketika besar nanti ia akan mempercayai keluarganya untuk kembali lagi jika bepergian.

Untuk Balita
Pujilah balita Anda karena tingkah baiknya saat Anda keluar bersama di tempat umum. Misalnya, saat Anda berada di bank, katakan seperti, "Bunda bangga kepadamu karena kamu sabar menunggu di antrian." Ini akan memberi rasa nyaman pada dirinya dan membantunya merasa hebat atas kecakapannya.

Buatlah bermain sebagai bagian dari tugas sehari-hari Anda. Misalnya dengan pergi ke taman dekat rumah atau mengundang orangtua dan anak lain untuk bermain bersama sehingga anak Anda bisa beinteraksi dengan anak-anak lain dalam lingkungan yang berbeda-beda. Ini akan membuat tugas sehari-hari Anda lebih menyenangkan bagi Anda berdua dan sekaligus anak Anda belajar bersosialisasi.

Kegiatan di luar rumah bersama balita Anda penuh dengan kesempatan untuk mengajari anak Anda menghargai batasan dan mematuhi aturan. Ingat bahwa anak-anak lebih mungkin bekerjasama dan mengikuti permintaan Anda jika Anda mengajarnya dalam cara positif. Misalnya, dengan mengatakan seperti "Ayo sayang, pegang tangan Bunda kalau berjalan di trotoar" daripada "Tangan Bunda jangan dilepas!"

Untuk Anak Prasekolah
Beri anak Anda tanggung jawab istimewa, seperti memilih buah apa yang hendak Anda beli. Dengan membiarkan anak Anda mengungkapkan kemandiriannya akan membuatnya merasa nyaman. Ini akan membentuk rasa percaya dirinya.

Bila Anda pulang ke rumah, bermain pura-pura-lah dengan anak Anda untuk memberinya peluang mengeksplorasi dengan lebih rinci sebagian tugas rumah tangga Anda. Sebagai contoh, bergantian berpura-pura menjadi petugas kantor pos dan pelanggan. Ini akan membantu anak Anda memikirkan apa yang akan ia katakan dalam situasi tersebut. Dengan begitu ia berlatih beragam interaksi sosial.

Ajari anak Anda beberapa kecakapan pro-sosial yang berharga. Mintalah ia membawakan tas kecil Anda, membantu mengawasi adik kecilnya, dan meletakkan kembali mainan atau botol jus buah yang habis dipakainya, serta memilah-milah pakaiannya yang telah kering untuk Anda seterika

Menggambar Penting untuk Masa Depan Anak

Indira Belajar Menggambar & Mewarnai di GlobalArt

Pendidikan yang mendukung kreativitas anak sangatlah penting, sehingga kelak anak-anak tersebut bisa menjadi penerus bangsa yang akan membuat bangsa ini menjadi besar. Karena melalui kreativitas itulah anak-anak secara tidak langsung dididik menjadi pencipta dan penemu, bukan penjiplak dan peniru, ujar Dik Doank, artis pemilik Kandank Jurank Doank.

Menurut Dik Doank, ada banyak cara untuk bisa mendongkrak dan mendorong seseorang untuk bisa kreatif. Di antaranya; dengan brainstorming, menggunakan suasana relaks dan menyenangkan dalam menggali ide, dan menggunakan imajinasi (membayangkan apa yang belum terjadi, telah terjadi saat ini). Sementara tingkat daya kreativitas anak bisa terpicu lewat daya khayalnya. Di sekolahnya, ia ingin agar anak-anak lebih mau mengasah kreativitasnya. Mengapa? Menurutnya, melalui kreativitaslah anak bisa bertahan untuk hidup di kemudian hari.

Salah satu hal yang terpenting untuk memulai kreativitas adalah dengan cara menggambar. Segala kreativitas dan hal baru, dimulai dengan gambar. Contohnya, Wright bersaudara, penemu pesawat terbang pertama, menggambar sketsa pesawat sebelum akhirnya meluncurkan pesawat perdananya. Begitu pun dengan penemuan huruf kanji oleh masyarakat China, yang struktur utamanya adalah gambar. Niscaya, gambar adalah hal yang penting untuk mengasah kreativitas anak.

Sementara, sebuah situs pembelajaran menggambar, www.learnhowdraw.com mengatakan, bahwa kegiatan menggambar dan mewarnai adalah hal yang penting untuk anak. Pasalnya, kegiatan ini memerankan fungsi penting dalam pengembangan fisik, emosi, dan kognitif anak. Aktivitas menggambar dan mewarnai menjadi sarana anak untuk mengekspresikan dirinya sendiri dengan gambar yang ia suka, asal jangan didiktekan gambar apa. Jika di zaman dulu, di sekolah, anak-anak terbiasa mencontoh dan meniru "template" dari gurunya, misal, gambar dua buah gunung, dengan matahari di bagian tengah.

Dik mengatakan, bahwa di usia 0-7 tahun, tugas seorang anak adalah bermain, bermain, dan bermain. Sehingga sudah merupakan tugas orangtua untuk memberikan sarana untuk anak bermain. Salah satunya, ketika si anak ingin mengekspresikan dirinya lewat gambar. Ketika anak Anda sudah hobi menggambar, jangan diberhentikan. Jika Anda melihat si kecil menggambar di dinding, di baju, atau di seprai, dan Anda tidak bermasalah dengan hal tersebut, biarkan. Ini bukan berarti si kecil nakal. Artinya ia aktif. Tapi, jika Anda merasa terganggu dengan kebiasaan si anak, sebagai orang dewasa, Anda bisa melakukan kompromi, misal dengan membelikan kertas gambar untuk anak.

Menggambar bisa mengasah kreativitas anak. Jika ia tak terbiasa dan tak melatih kemampuan untuk menggambar, ia akan menjadi sama dengan orang lain. Seragam, karena terbiasa meniru. Ajaklah anak untuk melatih dirinya menggambar.

Mengasuh Anak dengan Fun Learning

Setiap keluarga punya karakter khas dan unik. Karenanya, pola pengasuhan dalam keluarga tidak bisa dipukul rata. Meski begitu, cobalah amati, sejauhmana pola asuh membuat anggota keluarga Anda tumbuh dengan manusiawi. Artinya, semua anggota keluarga secara alami mengalami proses bertumbuh tanpa ada satu pun tahapan hidup yang terlewati.

Ermalen Dewita, pendiri Yayasan Cerdas Merdeka, Pendidikan Perempuan & Anak, mengedepankan metode fun learning dalam pendidikan anak berbasis karakter untuk usia 2 - 6 tahun.

Metode belajar dengan cara menyenangkan membuat anak belajar banyak hal termasuk problem solving.

Fun learning adalah ketika anak belajar dengan cara mereka namun tetap ada aturan main, tetapi bukan dengan cara interfensi, melainkan dengan cara membangun.

Metode ini juga ditularkan kepada para orangtua untuk diterapkan dalam pola pengasuhan di rumah. Jika di Kelompok Bermain dan Taman Kanak-Kanak Cerdas, anak-anak dibiasakan dengan pembelajaran menyenangkan, namun di rumah masih dengan cara formal yang tidak membangun, maka jiwa mereka tidak akan terbangun.

Pola pengasuhan di rumah pun semestinya mengedepankan pembentukan karakter. Artinya orangtua mengurangi intervensi terhadap anak. Bahasa sederhananya, tidak mendidik anak dengan menggunakan persepsinya sebagai orang dewasa.

Karakter anak tidak tergali dengan baik ketika banyak hambatan seperti intervensi, bentakan, kekerasan, hingga pukulan. Sebaliknya seseorang bisa berkembang lebih ketika ada dukungan, kasih sayang, dan perhatian dari orangtuanya.

Metode parenting dengan menempatkan anak sebagai pusat perhatian utama merupakan kebalikan dari metode formal yang membuat imajinasi anak tidak berkembang karena dikebiri lantaran intervensi orangtuanya.
Bentuk interfensi di antaranya anak selalu diarahkan, dipaksa, ditekan, dihukum, dilabelkan, dengan persepsi orangtua.

Contohnya, apa yang Anda lakukan ketika melihat anak asyik main sendiri dengan mainan tentara di tangannya, dan tak hentinya berlari ke sana kemari?

Orangtua yang menerapkan metode formal umumnya akan menggunakan persepsinya, kemudian menyuruh anak menghentikan aktivitasnya. Lain halnya ketika orangtua memperhatikan dan saat jeda, bertanya tanpa memaksa kepada si anak tentang aktivitasnya. Orangtua bisa mengetahui bahwa saat itulah imajinasinya sedang berkembang dengan mainannya, si anak tengah menggali jiwanya, menekankan imajinasi anak terpenggal ketika orangtua mengintervensi dengan menyuruhnya diam.

Dengan pola pembentukan karakter terhadap anak, atau berorientasi pada kebutuhan anak, orangtua dapat menggali potensi anak, membantu anak mengeksplorasi dirinya, membangun keberanian diri, dan tidak dihantui rasa takut salah, membebaskan anak menggali rasa ingin tahunya, mengembangkan imajinasinya, membantu proses tumbuh-kembangnya, membangun kemandiriannya, dan menumbuhkan motivasi dirinya.

Dengan begitu, anak akan bertumbuh dengan bangunan jiwa yang kuat dan permanen. Kesadaran diri akan tumbuh dengan sendirinya, termasuk dalam belajar, jadi orangtua tak perlu menyuruh anak belajar tiap datang waktunya belajar, karena anak sudah sadar akan tanggungjawabnya, dalam hal ini untuk belajar.

Mengapa Pendidikan Anak Usia Dini Penting ?

Pendidikan anak usia dini (PAUD) yang baik dan tepat dibutuhkan anak untuk menghadapi masa depan, begitulah pesan yang disampaikan Profesor Sandralyn Byrnes, Australia's & International Teacher of the Year 2011.

Menurut Byrnes, PAUD akan memberikan persiapan anak menghadapi masa-masa ke depannya, yang paling dekat adalah menghadapi masa sekolah. Saat ini, beberapa taman kanak-kanak sudah meminta anak murid yang mau mendaftar di sana sudah bisa membaca dan berhitung. Di masa TK pun sudah mulai diajarkan kemampuan bersosialisasi dan problem solving. Karena kemampuan-kemampuan itu sudah bisa dibentuk sejak usia dini.

Di lembaga pendidikan anak usia dini, anak-anak sudah diajarkan dasar-dasar cara belajar. Tentunya di usia dini, mereka akan belajar pondasi-pondasinya. Mereka diajarkan dengan cara yang mereka ketahui, yakni lewat bermain. Tetapi bukan sekadar bermain, tetapi bermain yang diarahkan. Lewat bermain yang diarahkan, mereka bisa belajar banyak; cara bersosialisasi, problem solving, negosiasi, manajemen waktu, resolusi konflik, berada dalam grup besar/kecil, kewajiban sosial, serta 1-3 bahasa.

Karena lewat bermain, anak tidak merasa dipaksa untuk belajar. Saat bermain, otak anak berada dalam keadaan yang tenang. Saat tenang itu, pendidikan pun bisa masuk dan tertanam. Tentunya cara bermain pun tidak bisa asal, harus yang diarahkan dan ini butuh tenaga yang memiliki kemampuan dan cara mengajarkan yang tepat. Kelas harusnya berisi kesenangan, antusiasme, dan rasa penasaran. Bukan menjadi ajang tarik-ulur kekuatan antara murid-guru. Seharusnya terbangun sikap anak yang semangat untuk belajar.

Contohnya, bermain peran sebagai pemadam kebakaran, anak tidak akan mendapat apa-apa jika ia hanya disuruh mengenakan busana dan berlarian membawa selang. Tetapi, guru yang mengerti harus bisa mengajak anak menggunakan otaknya saat si anak berperan sebagai pemadam kebakaran, Apa yang digunakan oleh pemadam kebakaran, Nak? Bagaimana suara truk pemadam kebakaran yang benar? Apa yang dilakukan pemadam kebakaran? Pertanyaan-pertanyaan semacam itu akan ditanyakan untuk memancing daya pikir si anak.

Selama 7 tahun meneliti pendidikan anak usia dini di Indonesia, Byrnes juga menemukan sebagian orangtua memiliki konsep bahwa anak-anak di usia itu sudah bisa berpikir. Anak-anak usia dini belum bisa berpikir dengan sempurna seperti orang dewasa. Anak-anak usia tersebut harus dipandu cara berpikir secara besar, cara mencerna, dan berdaya nalar. Sayangnya, beberapa lembaga pendidikan anak usia dini di Indonesia belum mengajarkan mengenai multiple intelligences. Ini kembali ke perkembangan latar belakang ahli didiknya.


Apa perbedaan anak-anak yang belajar di lembaga pendidikan usia dini berkualitas dengan anak-anak yang tidak belajar? Di lembaga pendidikan anak usia dini yang bagus, anak-anak akan belajar menjadi pribadi yang mandiri, kuat bersosialisasi, percaya diri, punya rasa ingin tahu yang besar, bisa mengambil ide, mengembangkan ide, pergi ke sekolah lain dan siap belajar, cepat beradaptasi, dan semangat untuk belajar. Sementara, anak yang tidak mendapat pendidikan cukup di usia dini, akan lamban menerima sesuatu. Anak yang tidak mendapat pendidikan usia dini yang tepat, akan seperti mobil yang tidak bensinnya tiris. Anak-anak yang berpendidikan usia dini tepat memiliki bensin penuh, mesinnya akan langsung jalan begitu ia ada di tempat baru. Sementara anak yang tidak berpendidikan usia dini akan kesulitan memulai mesinnya, jadi lamban. Menurut saya, pendidikan anak sudah bisa dimulai sejak ia 18 bulan.

6 Manfaat Olahraga bagi Anak

Aktivitas fisik yang tepat akan memacu tumbuh kembang anak secara optimal. Tapi itu bukan berarti si kecil harus melakukan senam jasmani setiap hari.Yang penting anak selalu aktif bergerak.

Olahraga bagi anak, terutama anak balita, tak harus dalam bentuk gerakan terstruktur seperti senam jasmani, brain gym, atau bulutangkis. Kegiatan seperti bersepeda, bermain lompat tali, berlari-larian dengan teman-temannya juga sudah merupakan latihan jasmani bagi anak. Olahraga untuk anak sarat dampak positif seperti disebut di bawah ini.

1. Kesehatan
Mengurangi risiko berbagai penyakit, khususnya yang terkait dengan obesitas. Berbagai penelitian menunjukkan, obesitas pada anak-anak meningkatkan risiko terjadinya penyakit degeneratif, seperti jantung, stroke, dan diabetes, pada usia yang lebih muda. Belum termasuk lebih mudah terkena infeksi dan risiko kanker.

2. Kebugaran
Olahraga yang dilakukan sesuai takaran akan membuat anak bugar sehingga ia bisa lebih aktif dan produktif.

3. Pertumbuhan
Kombinasi olahraga dan diet yang tepat sangat bermanfaat untuk pertumbuhan anak karena merangsang tubuh untuk mengaktifkan hormon pertumbuhan. Sehingga anak bisa mencapai potensi maksimal yang dimilikinya.

4. Perkembangan
Olahraga membantu meningkatkan perkembangan fungsional semua panca indra. Karena saat berolahraga anak-anak dilatih untuk bisa memahami perintah, aturan main, kerja sama, mencari solusi, dan mencapai tujuan.

5. Sosial
Olahraga membuat anak mempunyai watak sosial, terlepas dari karakter olahraga yang individu atau olahraga berkelompok. Dengan memiliki kelompoknya, anak-anak bisa memahami adanya perbedaan, persaingan, persahabatan, kemenangan, dan kekalahan, serta bisa belajar menyikapi semua hal yang terjadi pada dirinya.

6. Kecerdasan
Olahraga dapat membuat koordinasi kerja otak yang semakin bagus sehingga anak mudah menyerap informasi atau pengetahuan yang diberikan. Dampak lainnya, anak mempunyai rasa percaya diri yang baik dan melatih pula keterampilan sosialnya menjadi lebih baik.

Latihan jasmani yang dilakukan rutin dan terus-menerus akan memperkuat jantung dan meningkatkan kemampuan tubuh untuk memberikan oksigen ke semua sel. Latihan jasmani juga akan menstimulasi perkembangan keterampilan motorik kasar serta motorik halus pada anak.

Bukankah perkembangan motorik yang baik akan memengaruhi  kemampuan yang lain, termasuk kemampuan kognitif yang berhubungan dengan kecerdasan anak?

Selasa, 20 Desember 2011

5 Cara Menstimulasi Potensi Anak

Menurut Sani B. Hermawan, psikolog dan direktur Lembaga Psikologi Daya Insani, tahun pertama hingga ketiga usia anak (baca: 1-3 tahun: Usia Penting Tumbuh Kembang Anak) merupakan periode emas kehidupan anak untuk bertumbuh dan berkembang. Pada usia tersebut, anak sedang dalam proses membentuk dirinya. Pengembangan kognisi serta emosi pada usia dini ciptakan fondasi paling hakiki si kecil. Peran orangtua di sini sangat penting, mulai dari pemberian nutrisi yang lengkap dan seimbang, hingga membantu si kecil mencapai perkembangan mental dan daya kognisi yang optimal (baca: 5 Aspek Perkembangan Anak)

Lanjut Sani, potensi anak bisa digali lewat stimulasi, berikut ini 5 cara untuk menstimulasi potensi anak, yakni:

1. Permainan gerak atau permainan fungsi
Yaitu permainan yang dilaksanakan dengan gerakan tujuan melatih fungsi organ tubuh dan panca indera. Misal: melempar benda, menggerak-gerakkan kaki, meremas benda, identifikasi suara, bunyi, dan lainnya.

2. Permainan fantasi/peran
Yaitu permainan yang dipengaruhi oleh fantasi seorang anak. Misal: berperan sebagai ayah/ibu, dokter, nelayan, dan lain sebagainya.

3. Permainan problem solving
Permainan yang mengandung kecerdasan/keterampilan berpikir. Yang melibatkan penyelesaian masalah, misalnya; menjawab teka-teki atau menemukan jawaban dalam suatu masalah, dan lainnya.

4. Permainan bentuk
Mencoba membentuk (konstruktif) suatu karya atau memugarnya (destruktif) suatu karya karena ingin mengetahui komponen atau ingin mengubahnya.

5. Permainan kelompok (team work)

Contoh, membuat yel-yel atau membangun menara.

4 Cara Agar Si Kecil Punya Banyak Teman

Inginnya anak memiliki kemampuan untuk berteman dan punya banyak teman, tapi orangtua cenderung khawatir jika anak bermain sesuka hatinya dan akhirnya membatasi aktivitas anak. Padahal, setiap orang adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain.

Perlu juga diketahui, kesuksesan di masa depan juga ditentukan oleh kemampuan seseorang menjalin networking, yang dipelajarinya dalam pergaulan sehari-hari sejak kecil.

Untuk menjawab kekhawatiran orangtua, inilah empat cara yang dapat dilakukan agar anak tetap dapat bermain dan berteman:

1. Memaksimalkan sekolah.
Di sekolah, anak bertemu dengan anak-anak sebaya dan belajar bersosialisasi. Bila lingkungan rumah kurang mendukung bagi anak untuk bermain, carikan sekolah yang bisa memenuhi kebutuhan tersebut. Sesekali undang teman sekolahnya untuk bermain di rumah, atau biarkan anak bermain ke rumah temannya.

2. Memaksimalkan tempat bermain.
Saat ini banyak tempat bermain yang tersedia untuk mengasah perkembangan kemampuan si prasekolah. Baik yang gratis seperti di taman kota maupun yang harus membayar di pusat pembelanjaan.

Orangtua bisa membawa anak bermain ke sana untuk bertemu teman sebayanya. Biarkan anak bermain bersama, dengan tetap diawasi dari jauh. Jangan terlalu mengatur anak untuk melakukan ini-itu. Biasanya setelah melihat banyak permainan, ia akan asyik bermain dengan anak-anak lain yang ada di situ.

3. Ajak bertemu banyak orang.
Bila kebetulan tinggal di lingkungan yang tidak banyak anak sebaya, sering-seringlah mengajak si prasekolah ke acara keluarga atau acara lainnya sehingga ia berkesempatan untuk bergaul.

Kalau orangtua mudah curiga, dengan penculikan anak dan sebagainya, antarkan anak bermain ke rumah sepupunya sehingga ia bisa bermain dengan orang terpercaya dan aman. Yang terpenting adalah kemampuan berinteraksi anak dengan orang lain tetap terasah.

4. Gali bakat dan minatnya.
Perhatikan apa yang disukai atau diminati anak. Masukkan ia ke dalam komunitas tersebut. Misalnya anak suka menggambar, ikutkan ke kursus menggambar. Kalau anak suka menari, masukkan ke sanggar tari. Bertemu dengan anak-anak lain yang mempunyai hobi atau minat yang sama akan memudahkan pertemanannya.

Cara ini juga bisa dimanfaatkan untuk anak introver. Sekalipun ia lebih suka menarik diri, namun saat berada di lingkungan yang pas, ia lebih mudah bergaul atau menikmati pertemanannya.

Rabu, 14 Desember 2011

Anak Kreatif Akan Lebih Sukses


Umumnya, orangtua ingin anaknya cerdas, terlebih di bidang mata pelajaran sekolah. Namun perlu disadari, kecerdasan saja tidak cukup untuk membuat anak sukses. Anak juga harus kreatif, sebab dengan kreatif, ia bisa mengatasi masalah dalam kehidupan.

Kesuksesan bisa ditentukan dengan 20% kecerdasan dan 80% kreativitas. Berarti, penting bagi kita menstimulasi daya kreativitas anak supaya kelak ia bisa sukses.

Setiap anak punya daya kreativitas dan kita sebagai orangtua wajib mengasahnya.
Pertama, saat balita ajak anak belajar sambil bermain. Ketika menginjak usia sekolah, ikuti gaya belajar yang membuatnya nyaman. Mungkin saja, ia tak bisa maksimal belajar lantaran harus duduk manis dan memilih belajar sambil berpindah-pindah tempat. Sama halnya bila ia suka belajar sambil mendengarkan musik, mendendangkan lagu, atau lainnya.

Kedua, manfaatkan sarana yang ada di rumah untuk belajar. Seperti menghitung jumlah gelas yang ada di rak, warna-warna yang ada di ruang tamu, bentuk-bentuk geometri yang ada di ruang makan, dan lainnya. Kita juga bisa menggunakan alat-alat yang tak terpakai seperti bekas gelas air mineral maupun fasilitas, seperti komputer, internet, sebagai sarana anak belajar.

Ketiga, berkomunikasilah intens dengan anak. Ajak ia berdiskusi mengenai berbagai masalah dalam keseharian. Jika ada masalah, ajari anak untuk mencari solusi, lalu berikan kesempatan kepada anak untuk mengatasi masalahnya sendiri. Cara ini akan menstimulasi daya kreativitas anak untuk mengatasi masalah.

Keempat, hindari kata "jangan" ketika melarang anak melakukan sesuatu yang membahayakan atau yang tidak perlu. Sebab kata ini akan "memasung" daya kreativitas anak. Ganti dengan kata "sebaiknya" sambil menjelaskan mengapa ia perlu mempertimbangkan untuk melakukan hal yang "sebaiknya" itu.

Kelima, kita perlu membiasakan anak untuk menemukan alternatif jawabannya. Misal, kita bertanya mengapa anak harus sekolah? Jawaban yang biasa mungkin supaya ia pintar. Tetapi alternatif jawaban lain bisa beragam, misal, supaya ia bisa belajar banyak hal positif, supaya kelak ia bisa menjadi dokter, supaya ia bisa bermain dengan teman-temannya, dan lainnya.

Keenam, jika anak sudah menunjukkan kreativitasnya, kita perlu memberinya penghargaan. Tak perlu mahal, tetapi bisa membuat anak merasa dihargai, seperti pelukan, pujian, belaian, dan lainnya.

Anak Perlu Diajak Nonton Pertunjukan


Tak sedikit orangtua ragu ketika ingin mengajak batitanya menonton suatu pertunjukan. Takutnya, si batita nanti tak bisa duduk diam atau malah rewel, bahkan menangis minta pulang sebelum pertunjukan usai.
Kendati demikian, bukan berarti anak batita tak dapat diajak menonton pertunjukan seperti pentas lumba-lumba, operet anak, sirkus, dan lainnya. Kalaupun anak rewel atau ingin pulang, ikuti saja. Karena, lebih penting untuk mengenalkan pertunjukan pada anak  banyak manfaat yang bisa dipetik oleh anak dari kegiatan menonton pertunjukan, di antaranya :
Belajar mengenal ekspresi emosi
Selama menonton pertunjukan, anak melihat berbagai ekspresi, gerakan-gerakan, dan lagu atau nyanyian yang menggambarkan suasana senang, gembira, bahkan sedih.
Menambah kosakata
Selama menyimak dialog atau lagu dalam pertunjukan, anak mendapat stimulasi berupa penambahan perbendaharaan kata baru. Pengetahuan dan wawasannya jelas akan bertambah.
Mengasah kemampuan beradaptasi
Di lokasi pertunjukan yang merupakan tempat baru dengan suasana baru, si balita dituntut belajar beradaptasi, berhadapan dengan orang-orang yang tak dikenal, suasana yang ramai, ruangan yang bising, sorotan lampu-lampu, juga ruangan yang diredupkan untuk menimbulkan kesan dramatis. Semua itu diharapkan dapat mengenalkan anak dengan suasana lingkungan yang demikian dinamis.
Belajar tertib
Meskipun si batita pada dasarnya tidak bisa diam, ia tetap bisa diajarkan untuk duduk tenang, dan fokus selama beberapa menit demi menyimak pertunjukan. Kalau pertunjukan yang ditontonnya menarik, pasti ia mau mengamati apa yang dilihatnya. Dengan begitu, anak belajar tertib terhadap diri sendiri agar tidak mengganggu penonton lain. Sejak dari rumah, beri tahu anak untuk bisa tertib, sopan, dan tak mengganggu orang lain. Namun, tak perlu memarahinya jika si kecil tetap ingin berdiri di atas kursi, menghalangi pandangan, atau teriak-teriak. Cukup jauhkan si kecil dari penonton lain.
Mengasah keberanian, pede, dan motorik
Anak belajar berani dan percaya diri untuk duduk sendiri di kursinya, tidak lagi dipangku. Jika para penampil mengajak penonton berdiri, bernyanyi, dan bertepuk tangan, contohkan padanya bagaimana cara mengikuti ajakan tersebut. Nah, dengan ikut menggerakkan badan, berarti ia melatih kemampuan motorik dan kepekaannya terhadap ritme musik.
Meningkatkan kedekatan dengan orangtua
Dengan mengajak anak menonton pertunjukan, akan didapat kesenangan yang melekatkan relasi orangtua-anak. Momen ini sangat berarti bagi si kecil, apalagi yang sehari-harinya ditinggal ibu dan ayah bekerja.

Senin, 12 Desember 2011

Biarkan Anak Bermain dengan Bebas

Ajarkan anak-anak untuk bermain. Mendengar anjuran ini, mungkin Anda segera mengerutkan alis. Bukannya anak-anak memang gemar bermain? Memang, tapi dengan semakin modernnya dunia ini, anak-anak lebih cenderung memilih permainan yang sifatnya lebih terstruktur. Misalnya, bermain video games, bermain kasti dengan teman-teman di sekolah, atau kursus balet bersama anak-anak sebaya. Menurut Darell Hammond, penulis buku best-seller berjudul KaBOOM!: How One Man Built a Movement to Save Play, tipe permainan seperti ini sebenarnya kurang alami untuk anak-anak.

Jenis permainan yang baik bagi anak adalah semua jenis permainan, kata Hammond, yang juga pendiri KaBOOM!, sebuah organisasi nirlaba yang membantu membangun tempat bermain di berbagai komunitas di Amerika Serikat. Yang kita lihat sekarang ini, anak-anak terlalu banyak menjalani aktivitas yang sangat terstruktur dan mendorongnya untuk bermain dalam tim. Padahal, mereka juga butuh permainan yang bebas dan kreatif.

Hammond selalu menekankan pentingnya bermain bagi anak dan mengapa para orangtua perlu lebih sering membiarkan mereka berkreasi mengubah boks sepatu menjadi mobil-mobilan, alih-alih membelikannya mobil-mobilan yang bagus. Menurutnya, permainan seperti ini akan membuat otak anak lebih kreatif bekerja. Saat dewasa nanti, kreativitas ini akan melekat dalam benak mereka pada saat menghadapi berbagai tantangan hidup dan juga pekerjaan.

Lingkungan sekitar rumah adalah tempat bermain yang paling ideal. Apalagi kalau Anda memiliki halaman yang cukup luas. Jadikan berbagai sudut rumah maupun halaman sebagai tempat bermain anak. Hammond memberikan beberapa tip yang berguna bagi para orangtua:

1. Perhatikan desain ruangan
Hammond menganjurkan Anda untuk memilih warna-warna yang cerah untuk tempat bermain anak. Pastikan ruangannya cukup luas untuk berlari dan melompat, serta ada pojokan yang bisa menjadi tempat mereka membaca maupun sekadar duduk santai.

2. Perlengkapan bermain yang wajib
Menurut Hammond, tempat bermain yang baik memiliki beberapa elemen penting. Pertama adalah pasir dan air, sehingga dapat mendorong anak untuk belajar membangun sesuatu dengan daya kreativitasnya. Sementara, yang kedua adalah blok-blok dalam berbagai bentuk, sehingga anak-anak dapat belajar mengenal bentuk dan menciptakan bentuk-bentuk baru.

3. Pendampingan orangtua
Menemani anak-anak bermain akan memberi manfaat tersendiri. Orang dewasa dapat menjadi panutan bagi anak-anak, karenanya Anda perlu sesekali bermain bersama mereka. Namun, jangan sampai Anda malah jadi cenderung mengatur permainan mereka. Biarkan mereka memilih dan mengatur alur permainan sesuka mereka. Anggaplah diri Anda sebagai salah seorang teman bermainnya.

Anak Berkembang Positif Jika Dihargai

Setiap orangtua tentu berbangga jika memiliki buah hati dengan potensi dan konsep diri positif. Anak yang senang bereksplorasi, lebih mampu berperan dalam lingkungannya, mudah bergaul dan bersosialisasi. Untuk mencetak karakter semacam ini, orangtua perlu memberikan penghargaan kepada anak. Dengan begitu, potensi dalam diri anak akan berkembang secara positif.

Penghargaan positif dari orangtua kepada anak bisa beragam bentuknya. Salah satunya, memberikan kesempatan kepada anak untuk mengeksplorasi lebih jauh bidang yang diminatinya.

Salah satu contoh, seorang nenek memberikan penghargaan kepada cucunya (saat itu masih duduk di Sekolah Dasar) saat memenangkan kegiatan mengenai lingkungan. Nenek tersebut memberikan hadiah yang kreatif, yakni menyematkan gelar "Menteri Lingkungan Sehari" kepada cucunya.

Anak tersebut, menjalankan peran tersebut dengan sungguh-sungguh. Seperti mengikuti rapat, mendengarkan masalah dan berdiskusi dengan "staf"nya, serta bertanya berbagai hal yang tidak dipahaminya.

Bisa dibayangkan, pengalaman ini pasti akan membuat anak tersebut lebih terpacu untuk berperan dalam memperbaiki lingkungan, setidaknya dalam porsinya sendiri, di manapun ia berada.

Orangtua merugi jika anak tak dihargai
Konsep diri positif seperti ini juga terbangun pada 36 delegasi Konferensi Anak Indonesia (KAI) 2010 yang digelar November lalu. KAI memberikan anak kesempatan dan pembelajaran untuk mengembangkan diri dan bersosialisasi.

Sebagai salah satu konseptor KAI, mengakui anak-anak delegasi KAI memiliki kesanggupan beradaptasi dalam waktu cepat, menerima perbedaan dengan baik, memiliki kepekaan dengan teman-teman dari berbagai latar belakang budaya yang berbeda.

Dalam konferensi ini, anak-anak memiliki kesempatan mendengar dan berbicara. Anak-anak ini memiliki potensi pemimpin yang bisa mendengar, peka, berani, bertanggung jawab, mampu berperan dalam berbagai hal dan memiliki perasaan kebangsaan yang tinggi.

Kesempatan belajar mengembangkan diri seperti konsep konferensi juga bisa diterapkan orangtua di rumah.

Setiap keluarga bisa menciptakan konferensi anak semacam ini di rumah masing-masing,  anak-anak akan sulit mengembangkan diri secara optimal jika tak diberikan kesempatan.

Adalah suatu kerugian jika orangtua menyia-nyiakan potensi anak karena kurang atau bahkan tidak menghargai anak.

Aktif Bermain Membuat Anak Cerdas

Bermain adalah dunia anak. Namun sesungguhnya, kegiatan bermain dapat mencerdaskan anak. Itu sebabnya para ahli menyarankan agar orangtua mulai mengenalkan aneka jenis permainan sejak bayi.

Menurut Jack Kern, profesor kinesiologi dari University of Arkansas, Amerika Serikat.
Anak yang aktif secara fisik memiliki tingkat konsentrasi yang lebih baik dan hal ini sangat mendukung prestasi akademiknya di sekolah. Penelitian yang dilakukan para ahli di Inggris menguatkan pendapat Kern tersebut. Diketahui bahwa anak-anak yang memiliki gaya hidup sedentari (kurang bergerak) tidak hanya berpontensi menjadi gemuk tapi juga memiliki kecerdasan yang rendah.

Berbagai data dan penelitian juga menyatakan 70 persen perkembangan otak anak di 3 tahun pertama usianya bisa dioptimalkan dengan bermain. Namun, bagaimanakah mekanisme bermain mampu mencerdaskan otak anak?

Saat lahir, otak anak belum terbentuk sempurna dan akan terus berkembang sejalan pertumbuhan seorang anak. Permainan olahraga dan aktivitas fisik pada bayi dan balita akan berpengaruh pada perkembangan otak terutama dalam peningkatan kapasitas otak dalam penyimpanan informasi dan memanggil kembali informasi yang masuk.

Selain itu, agar sel-sel otak makin berkembang dan terhubung satu sama lain, otak perlu dirangsang dan diberi pengalaman. Permainan yang membuat anak aktif bergerak diketahui mempercepat sambungan sel-sel otak pada anak. Lewat permainan, otak juga makin terlatih untuk melakukan tugas-tugas yang butuh konsentrasi.

Bukan hanya itu, permainan fisik akan meningkatkan sirkulasi sel darah merah ke seluruh tubuh. Menurut Dr. Karen Heath dari Research Unit for Exercise Science and Sport Medicine, sel darah merah adalah pembawa oksigen dalam darah.

Dengan meningkatnya aktivitas fisik, meningkat pula sirkulasi darah dalam tubuh anak. Hal ini sangat penting untuk otak, terutama saat anak mengerjakan tugas-tugas ujian yang butuh konsentrasi tinggi.

Itu sebabnya, biarkan anak bermain sepuasnya. Sesibuk apa pun, ajaklah anak bermain dan perkenalkan ia pada variasi permainan sesuai usianya. Yang terpenting adalah aktivitas yang dilakukan menyenangkan untuk anak dan jangan paksa anak melakukan permainan yang tidak disukainya.

8 Cara Mengeratkan Hubungan Keluarga

Indira didampingi Ayah sebelum performance 

Sudah bukan pemandangan aneh lagi bila satu keluarga berkumpul, tapi setiap anggota sibuk dengan gadget-nya masing-masing. Ayah sibuk mengecek laporan kerja di laptop, anak-anak bermain video games, sedangkan ibu asyik Facebook-an di ponsel. Secara fisik mereka berdekatan, tetapi sebenarnya tidak ada kebersamaan secara emosional karena masing-masing sibuk dengan gadget-nya.
Sangat penting bagi orangtua untuk selalu berusaha meluangkan waktu bersama keluarga baik secara fisik maupun emosi yang dilakukan dengan penuh kasih sayang. Sebagai solusi agar kebersamaan dengan keluarga menjadi kegiatan yang ditunggu-tunggu karena bisa dijadikan sebagai media baik untuk mengembangkan perilaku positif anak. Berikut 8 cara eratkan keluargaku yaitu :

1. Mengontrol emosi. Hasil survei yang dilakukan PT Kraft Foods Indonesia terhadap 250 orangtua dan anak di Jakarta mengenai perilaku penggunaan gadget menunjukkan, sekitar 5 dari 10 anak berpendapat bahwa orangtua mereka suka marah. Hindari emosi negatif seperti marah, kesal, dan kecewa ketika ada sesuatu yang tidak sesuai dengan harapan Anda. Juga hindari memotong pembicaraan dan menyalahkan anak.
2. Beraktivitas bersama. Hasil survei menunjukkan, satu dari 10 anak merasa dekat dengan ayah, dan 3 dari 10 anak merasa dekat dengan ibu. Usahakan untuk meluangkan waktu setiap harinya minimal 15 menit bersama keluarga, misalnya dengan melakukan sarapan, makan malam, ataupun ibadah bersama.
3. Tetapkan aturan. Buatlah aturan ketika keluarga sedang bersama, misalnya telepon atau komputer harus dimatikan dan komunikasi dilakukan secara langsung. Hal ini merupakan bagian dari mengembangkan perilaku disiplin.

4. Lakukan kontak mata. Ketika sedang mendengarkan salah satu anggota keluarga berbicara, berikan tatapan mata dengan penuh perhatian agar anak merasa diperhatikan dan didengarkan. Dengan melakukan kontak mata yang baik sambil memperhatikan ekspresi wajah dan bahasa tubuh anak, kita pun dapat memahami perasaan anak kita.

5. Bercerita. Hasil survei menunjukkan, hanya 2 dari 10 orang tua berbagi cerita dengan anaknya. Padahal, aktivitas ini sangat penting untuk membangun kedekatan emosi dengan anak. Mulailah dengan menceritakan perasaan kita akan apa yang terjadi pada hari itu. Setelah itu, giliran anak-anak untuk bercerita. Jika anak belum mau, hindari untuk memaksakan dan membandingkannya dengan sang kakak atau adik.

6. Simak dan ulangi. Dengarkan anak dengan penuh perhatian dan ulangi kembali pernyataannya sebagai bukti telah mendengarnya dengan baik, pamahami perasaannya. misalnya, "Jadi Randy merasa kesal karena tadi di sekolah temanmu bilang potongan rambutmu aneh?"

7. Validasi. Hasil survei menunjukkan, sekitar 8 dari 10 orangtua memperbaiki emosi negatif anak, hindari untuk memperbaiki perasaan anak. Sebaiknya hal yang harus dilakukan adalah memvalidasi perasaan anak, misalnya, "Bunda memahami perasaan Randy, dan menurutmu apa yang sebaiknya kamu atau Bunda lakukan untuk membuatmu lebih nyaman?"

8. Pesan positif. Gunakan waktu bersama menyampaikan nilai-nilai positif untuk mengembangkan perilaku positif, membangun kebiasaan baik seperti gaya hidup sehat dengan mengonsumsi makanan sehat dan berolahraga secara teratur.

Agar Anak Kompak dengan Orangtua

Kekompakan keluarga berdampak pada seluruh anggota keluarga terutama pada tumbuh kembang anak. Kebersamaan dan kekompakan di keluarga, menjadi bekal bagi anak saat ia tumbuh remaja bahkan hingga dewasa. Membangun kekompakan di keluarga membutuhkan proses. Ini juga penting disadari sekaligus juga menjadi tugas dan tanggung jawab orangtua.

Keluarga yang kompak punya banyak manfaat, terutama untuk tumbuh kembang anak. Di antaranya, saat anak tumbuh remaja bahkan hingga dewasa, ia takkan terpengaruh hal yang negatif. Anak juga tidak tumbuh menjadi pribadi pemberontak dalam konteks negatif. Selain itu, keluarga yang kompak membuat anak lebih merasa dekat dengan orangtuanya, suka berdialog dengan keluarga, dan anak memiliki kepercayaan diri yang tinggi.

Untuk menciptakan keluarga yang kompak, ada empat syarat utama yaitu :
-  Orangtua perlu memberikan perhatian
-  Memiliki penerimaan atas diri anak
-  Melakukan aktivitas rutin bersama anggota keluarga
-  Memberikan afeksi

1. Orangtua perlu memberikan perhatian kepada anak, secara fisik maupun psikologis. Ini penting untuk menciptakan kebersamaan di antara seluruh anggota keluarga.

2. Orangtua juga perlu memiliki penerimaan atas keunikan, kelebihan, juga kekurangan anak. Dengan begitu anak tak merasa dituntut lebih oleh orangtuanya. Mengenai aktivitas rutin bersama keluarga, ciptakan kebersamaan melalui aktivitas di dalam dan luar rumah.

3. Keluarga perlu liburan bersama, atau karaoke bareng, rekreasi outbond bersama sebagai bentuk aktivitas bersama di luar rumah. Sementara di dalam rumah, ciptakan aktivitas rutin bersama seperti berdoa bersama, sarapan bersama, ciptakan teamwork dalam melakukan pekerjaan rumah, misalnya mencuci piring bersama setelah makan.

4. Dari empat syarat membangun kekompakan dan kebersamaan di keluarga tadi, orangtua bisa memulainya dari mana saja. Bisa dengan memberikan afeksi seperti pelukan atau ciuman kepada anak sejak dini. Atau Anda merasa lebih nyaman dengan melakukan rutinitas bersama melibatkan seluruh anggota keluarga.

Apapun cara awal yang dipilih, pastikan keluarga memiliki kekompakan yang ditandai dengan hadirnya komunikasi dua arah dan ikatan emosional yang kuat antara orangtua-anak.

Pengasuhan itu bicara merawat fisik dan juga hati, mengingatkan pentingnya orangtua membangun kebersamaan sebagai bagian dari tugas pengasuhannya

Minggu, 11 Desember 2011

6 Keuntungan Punya Anak Perempuan

Indira

 
 Indira


 Indira


Indira


Dengan keunikannya, anak perempuan mudah mengambil hati orangtuanya. Entah dengan melakukan kontak mata dengan orang tuanya sejak ia lahir, atau mengucapkan kata "mama" lebih cepat, kelak mereka juga lebih mampu berkomunikasi. Anak perempuan memang akan menghabiskan lebih banyak biaya untuk mendukung penampilannya, atau akan merepotkan bundanya dalam urusan menghadapi menstruasi pertamanya, atau dalam mengatasi mood swing-nya. Anak perempuan memiliki karakteristik yang istimewa.

1. Mereka lebih pintar meniru. Ketika usianya baru tiga jam, bayi perempuan sudah bisa meniru, sebagai awal dari caranya berinteraksi. Menurut sebuah studi, bayi perempuan yang baru lahir lebih mampu meniru gerakan-gerakan jari daripada bayi laki-laki. Pada usia batita, anak perempuan juga lebih pintar daripada anak laki-laki dalam meniru, misalnya berpura-pura mengasuh bayi. Namun kemampuan mereka dalam berperilaku yang tidak membutuhkan interaksi, seperti berpura-pura mengendara mobil atau menyiram tanaman, tidak berbeda dari anak laki-laki.

2. Tangan mereka lebih cekatan. Bayi perempuan mengungguli bayi laki-laki dalam melakukan tugas-tugas motorik halusnya, dan hal ini akan tetap mereka kuasai hingga memasuki kelompok bermain (preschool). Mereka lebih cepat dalam menguasai mainan, menggunakan peralatan makannya, bahkan mampu menulis lebih cepat (dan lebih rapi).

3. Mereka pendengar yang baik. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa anak perempuan lebih mampu membiasakan dengan suara manusia, dan tampaknya lebih peka terhadap suara manusia daripada suara benda-benda lain. Ketika mendengar sesuatu yang bergemerincing, anak perempuan dan laki-laki akan bereaksi dengan cara yang sama. Tetapi ketika
orang tua berbicara, bayi perempuan cenderung lebih merasa terikat.

4. Mereka terampil membaca ekspresi emosional. Bayi perempuan lebih mampu menciptakan dan memelihara kontak mata, dan mereka tertarik pada wajah-wajah individual, khususnya wajah wanita. Mereka juga lebih terampil membaca ekspresi wajah. Jika
orang tuanya menunjukkan gambar wajah yang menakutkan, misalnya, mereka akan menatap orang tuanya, atau menjadi sedih. Sebaliknya, mereka akan baik-baik saja jika melihat ekspresi yang bahagia. Sementara itu, anak laki-laki butuh waktu lebih lama untuk memerhatikan perbedaan antara kedua ekspresi tersebut.

5. Mereka lebih cepat berbicara. Kebiasaan mereka mengamati dan mendengarkan akhirnya membuahkan hasil yang memuaskan. Bayi perempuan menggunakan gerak tubuh seperti menunjuk atau melambaikan tangan lebih cepat daripada bayi laki-laki, dan mereka menguasai beberapa jenis permainan lebih awal. Anak perempuan memahami apa yang
orang tuanya katakan daripada anak laki-laki, mulai berbicara lebih awal (anak perempuan mulai berbicara sekitar usia 12 bulan, sedangkan anak laki-laki pada usia 13 hingga 14 bulan). Setelah itu, anak perempuan akan lebih cerewet hingga usia balita.

6. Anak perempuan akan mengurus orangtuanya kelak. Mereka tidak saja membuat orang tuanya rajin membeli pakaian dan aksesori yang lucu-lucu untuk mendandaninya, tetapi juga lebih mampu memberi rasa aman terhadap orangtuanya. Tidak seperti anak laki-laki yang cenderung akan menghabiskan waktu senggangnya di luar rumah, anak perempuan lebih peduli untuk menemani orangtuanya di rumah. Ketika dewasa, anak perempuanlah yang umumnya lebih mampu mengurus orangtuanya yang sudah renta.

10 Cara Agar Anak Suka Membaca

Bunda sedang mendongeng untuk Indira




Koleksi buku-buku Indira


Buku merupakan jendela ilmu, maka membaca perlu dijadikan salah satu kegiatan wajib sejak anak-anak masih kecil. Sayangnya, karena berbagai alasan banyak anak tidak suka membaca. Sebagai orangtua, hrs bisa melakukan berbagai trik untuk membiasakan anak gemar membaca. Misalnya, hrs bisa membacakan buku cerita untuk anak, dan membuat kegiatan membaca menjadi lebih menyenangkan baginya.

1. Beri contoh dengan rajin membaca. Anak akan meniru apa yang dilakukan oleh orangtuanya. Sebelum meminta anak untuk rajin membaca, orang tua lebih dulu harus gemar membaca. Ajak mereka membaca setiap hari, walaupun hanya satu jam setiap harinya. Dengan cara ini, anak akan menganggap membaca adalah kegiatan yang penting dan harus dilakukan.

2. Ciptakan tempat yang nyaman
untuk membaca, misalnya kursi yang empuk, atau sofa dengan bantal empuk.

3. Biarkan anak memilih buku yang akan dibaca.
Hal ini akan membantu
orang tua untuk tetap membuat anak tertarik pada buku bacaan sekaligus membuat mereka merasa berguna. Mengunjungi perpustakaan secara rutin akan membantu proses pemilihan buku yang dibaca menjadi lebih mudah dan menyenangkan.

4. Bicarakan tentang sampul buku.
Anak biasanya akan memilih buku dengan desain sampul yang menarik dan lucu. Ajak mereka untuk menebak isi buku dari penampilan sampulnya. Siapa saja tokoh ceritanya, atau siapa yang menjadi "penjahatnya".

5. Sering menonton film asing, dimana sang tokoh membacakan dongeng dengan mengubah intonasi suara yang berbeda untuk setiap karakternya? Sesekali lakukan hal ini untuk menambah ketertarikan anak saat membaca buku. Pastikan
orang tua tidak membacanya terlalu cepat agar mereka bisa memahami isi ceritanya.

6. Tunjukkan gambar-gambar menarik ketika membacakan buku cerita. Gambar tidak hanya membuat anak lebih terpaku pada isi buku, tetapi juga membantu mereka untuk lebih memahami perilaku tokoh-tokohnya, dan jalan ceritanya.

7.
Setelah membacakan buku, ceritakan kembali pesan moral dalam cerita tersebut. Beri penekanan pada kata-kata penting yang bisa bermanfaat untuk mereka.

8. Cobalah untuk menghubungkan kisah di dalam buku, dengan realita dalam kehidupan
sehari-hari. Berikan contoh bagaimana anak harus bertindak ketika menghadapi sesuatu, berdasarkan apa yang dilakukan tokoh dalam cerita.

9. Pancing sifat kritis anak terhadap buku dengan memberikan beberapa
pertanyaan seperti : Cerita mana yang kamu suka ?, Cerita mana yang tak  kau suka ?, Apa yang kamu pelajari dari cerita ini ?

10. Berikan variasi pada aneka bacaan yang dipilih, agar anak tidak bosan saat mendengarkan ceritanya.