Senin, 12 Desember 2011

8 Cara Mengeratkan Hubungan Keluarga

Indira didampingi Ayah sebelum performance 

Sudah bukan pemandangan aneh lagi bila satu keluarga berkumpul, tapi setiap anggota sibuk dengan gadget-nya masing-masing. Ayah sibuk mengecek laporan kerja di laptop, anak-anak bermain video games, sedangkan ibu asyik Facebook-an di ponsel. Secara fisik mereka berdekatan, tetapi sebenarnya tidak ada kebersamaan secara emosional karena masing-masing sibuk dengan gadget-nya.
Sangat penting bagi orangtua untuk selalu berusaha meluangkan waktu bersama keluarga baik secara fisik maupun emosi yang dilakukan dengan penuh kasih sayang. Sebagai solusi agar kebersamaan dengan keluarga menjadi kegiatan yang ditunggu-tunggu karena bisa dijadikan sebagai media baik untuk mengembangkan perilaku positif anak. Berikut 8 cara eratkan keluargaku yaitu :

1. Mengontrol emosi. Hasil survei yang dilakukan PT Kraft Foods Indonesia terhadap 250 orangtua dan anak di Jakarta mengenai perilaku penggunaan gadget menunjukkan, sekitar 5 dari 10 anak berpendapat bahwa orangtua mereka suka marah. Hindari emosi negatif seperti marah, kesal, dan kecewa ketika ada sesuatu yang tidak sesuai dengan harapan Anda. Juga hindari memotong pembicaraan dan menyalahkan anak.
2. Beraktivitas bersama. Hasil survei menunjukkan, satu dari 10 anak merasa dekat dengan ayah, dan 3 dari 10 anak merasa dekat dengan ibu. Usahakan untuk meluangkan waktu setiap harinya minimal 15 menit bersama keluarga, misalnya dengan melakukan sarapan, makan malam, ataupun ibadah bersama.
3. Tetapkan aturan. Buatlah aturan ketika keluarga sedang bersama, misalnya telepon atau komputer harus dimatikan dan komunikasi dilakukan secara langsung. Hal ini merupakan bagian dari mengembangkan perilaku disiplin.

4. Lakukan kontak mata. Ketika sedang mendengarkan salah satu anggota keluarga berbicara, berikan tatapan mata dengan penuh perhatian agar anak merasa diperhatikan dan didengarkan. Dengan melakukan kontak mata yang baik sambil memperhatikan ekspresi wajah dan bahasa tubuh anak, kita pun dapat memahami perasaan anak kita.

5. Bercerita. Hasil survei menunjukkan, hanya 2 dari 10 orang tua berbagi cerita dengan anaknya. Padahal, aktivitas ini sangat penting untuk membangun kedekatan emosi dengan anak. Mulailah dengan menceritakan perasaan kita akan apa yang terjadi pada hari itu. Setelah itu, giliran anak-anak untuk bercerita. Jika anak belum mau, hindari untuk memaksakan dan membandingkannya dengan sang kakak atau adik.

6. Simak dan ulangi. Dengarkan anak dengan penuh perhatian dan ulangi kembali pernyataannya sebagai bukti telah mendengarnya dengan baik, pamahami perasaannya. misalnya, "Jadi Randy merasa kesal karena tadi di sekolah temanmu bilang potongan rambutmu aneh?"

7. Validasi. Hasil survei menunjukkan, sekitar 8 dari 10 orangtua memperbaiki emosi negatif anak, hindari untuk memperbaiki perasaan anak. Sebaiknya hal yang harus dilakukan adalah memvalidasi perasaan anak, misalnya, "Bunda memahami perasaan Randy, dan menurutmu apa yang sebaiknya kamu atau Bunda lakukan untuk membuatmu lebih nyaman?"

8. Pesan positif. Gunakan waktu bersama menyampaikan nilai-nilai positif untuk mengembangkan perilaku positif, membangun kebiasaan baik seperti gaya hidup sehat dengan mengonsumsi makanan sehat dan berolahraga secara teratur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar