Minggu, 15 Januari 2012

Anak Merasa Tak Dicintai karena Minim Komunikasi


Cara orangtua memperlakukan anak tertua dengan anak yang lebih muda jelas berbeda. Si kakak dianggap sudah lebih besar dan mengerti perintah orangtua. Sedangkan si kecil, masih perlu didampingi. Cara penanganan berbeda ini wajar saja terjadi karena perbedaan usia. Namun anak-anak takkan sepenuhnya memahami perbedaan ini jika tak dijelaskan oleh orangtuanya. Minimnya komunikasi membuat anak, terutama si kakak, merasa tak lagi diperhatikan oleh ayah atau ibunya.

Psikolog Anna Surti Ariani, Psi, menyarankan orangtua perlu terus belajar teknik komunikasi. Kebiasaan ngobrol perlu dibangun untuk mecegah salah penafsiran atas perlakuan orangtua terhadap anak. Orangtua harus belajar banyak trik untuk menambal minimnya komunikasi di rumah.

Untuk mempelajari teknik komunikasi, berikut sejumlah tipsnya :

Mengungkapkan pikiran dan perasaan
Orangtua bisa belajar teknik komunikasi dengan mulai membiasakan mengungkapkan pikiran dan perasaan. Dengan bersikap terbuka, orangtua bisa leluasa mengungkapkan pikirannya mengenai sesuatu hal kepada anak-anak. Begitupun dengan mengungkapkan perasaan. Tak perlu sungkan mengungkapkan perasaan sayang kepada anak-anak. Anak juga butuh mendengar ungkapan sayang dari orangtuanya.

Jeli mendengarkan
Orangtua perlu mendengarkan kebutuhan anak-anak. Namun jangan hanya mendengar apa yang disampaikan anak-anak. Orangtua juga perlu jeli mendengar kebutuhan anak yang tersirat. Anda tak harus menunggu anak meminta, jika ia merasa butuh pujian dari hasil karya yang dibuatnya sendiri, lalu ditunjukkannya kepada Anda.  Kebiasaan mendengarkan akan memudahkan orangtua dalam berkomunikasi lebih baik dengan anak.

Mendorong anak bicara
Komunikasi orangtua-anak yang baik akan terwujud jika terjadi dialog dua arah. Jika Anda mulai terbiasa mengungkapkan perasaan dan pikiran, saatnya menularkan kepada anak-anak. Orangtua perlu mendorong anak untuk berbicara, menyampaikan pikiran dan perasaannya. Selain mencontohkan, orangtua juga bisa memberikan pemahaman kepada anak, bahwa mereka juga perlu mengungkapkan apa yang dirasakannya. Dengan begitu anak terdorong untuk bersuara.

Aktivitas yang Menstimulasi Otak Anak Prasekolah

Tak ada yang bisa menjamin anak prasekolah Anda bisa menjadi seseorang yang jenius. Tetapi, aktivitas tertentu untuk anak usia 3-5 tahun bisa membantunya mengoptimalkan fungsi otaknya.

Hingga usia 2 tahun, otak bayi akan berkembang sangat pesat setiap harinya. Perkembangan selama 2 tahun pertama adalah perkembangan berbahasa serta motorik halus tercepat yang pernah ia alami. Namun, memasuki usia 3-5 tahun, perkembangan itu melambat dan cenderung stabil, tetapi otak bekerja dan membangun koneksi dengan bagian-bagian lainnya.

Di usia prasekolah, otak anak sedang belajar membangun kemampuan memecahkan masalah dan menggunakan bahasa untuk bernegosiasi. Begitu pun, mereka sedang belajar mengkoordinasikan tubuhnya, seperti cara menendang bola sambil mengukur ketepatan arahnya.

Michele Macias, MD, jurubicara American Academy of Pediatrics (AAP) mengatakan, Di usia ini, anak-anak seharusnya berada di luar dan mengeksplorasi banyak hal, serta bersiap untuk tugas terpenting mereka selanjutnya, yakni sekolah.

Menurut Macias, stimulan otak terbaik bagi anak adalah waktu pribadi dengan orangtuanya. Meski di usia ini adalah waktu anak untuk belajar mandiri, tetapi keterikatan anak-orangtua masih ada. Ditambahkan lagi, pertukaran bahasa dan ide adalah pendorong perkembangan otak yang paling penting bagi anak ketimbang menyuruh si anak beraktivitas yang lain. Aktivitas yang bisa Anda lakukan antara lain;

Membaca bersama
Membaca baik untuk memberi waktu berkualitas dengan anak, sekaligus menstimulasi otak anak. Menurut studi, membaca bersama anak bisa membantunya belajar "melek huruf" lebih cepat. Memperkaya kemampuan berbahasa dan diksi, serta memicu diskusi dengan orangtua yang mempercepat pemahaman. Pilihan buku bisa yang bersifat cerita, berhitung, ABC, mencocokkan, dan membagi.

Main pura-pura
Anak pra-sekolah memiliki imajinasi yang besar. Mereka akan sangat suka bermain seakan-akan mereka seorang puteri, pebalet, superhero, dan lainnya. Selain menyenangkan, bermain pura-pura juga bisa mengajak mereka bereksperimen dengan permainan peran.

Permainan imajinatif juga membangun kemampuannya berbahasa, karena hal ini menyangkut berpikir mengenai kata-kata dan mengulangi apa yang mereka dengar. Jadi, ketika ia mengajak Anda bermain pura-pura, jangan langsung menolaknya.

Belajar berteman
Belajar aturan bermain dengan banyak bermain dengan teman akan mendorong kecerdasan sosialnya. Tambahan lagi, berteman juga membantunya melatih kendali diri, berbagi, dan bernegosiasi. Belajar bersosialisasi membuat anak membangun belajar tentang stereotip anak lain. Misal, kesukaan anak yang lebih tua atau anak yang lebih muda, serta perbedaan tingkah anak laki-laki dari anak perempuan.

Anak yang tidak belajar bersosialisasi bisa jadi anak yang sangat pandai dan ber-IQ tinggi, tetapi akan sulit sukses dalam hal kesehatan, tugas sekolah, bahkan pekerjaan.

Games dan puzzle
Permainan tradisional zaman dulu, seperti Petak Umpet, Petak Jongkok, dan lainnya membantu anak belajar kemampuan sosial anak. Anak akan belajar mengambil giliran, serta belajar menerima frustasi karena tidak menang. Mengingat aturan juga melatih otot memori. Permaianan fisik membantu mengasah koordinasi motorik anak.

Sementara permainan semacam puzzle memberinya latihan mencari cara lewat permainan nonverbal dan kemampuan bervisual. Stimulasi ini akan melatih otaknya.

Belajar bahasa asing
Riset menunjukkan, anak usia ini bisa belajar berbahasa lebih cepat ketimbang saat mereka sudah mencapai usia dewasa. Belajar bahasa asing juga memberinya stimulasi pada area otak yang bertanggung jawab untuk menyimpan, memperkirakan, dan mengucapkan kata-kata.

Bahasa kedua juga membantu mengembangkan kemampuan verbal dan spasial, serta diksi dan kemampuan membaca. Ditambah lagi, ia akan belajar mengenai perbedaan kultural.

Kelas khusus usianya
Kelas olahraga untuk anak seusianya bisa membantu membentuk struktur, menciptakan setting sosial, dan membangun kemampuan motorik serta keseimbangan. Serupa dengan itu, musik dan kursus kesenian bisa mendorong kecerdasan artistik atau musikal. Namun, tak ada bukti yang mengatakan bahwa kelas-kelas semacam ini bisa menciptakan anak jenius.

Ikut bermain
Ingatlah akan nilai keuntungan dari bermain bebas. Terlibatlah dalam waktu bermain mereka, tetapi jangan memaksakan kendali Anda, karena justru bisa menghilangkan keuntungannya, khususnya dalam membangun kreativitas, kepemimpinan, dan berkelompok.

Macias juga mengingatkan pentingnya untuk tidak memaksakan si kecil belajar terlalu banyak atau ikut dalam aktivitas atau kelas terlalu banyak, karena bisa membuatnya kelelahan atau frustasi. Apa pun kelas yang Anda pilih, pastikan si kecil menyukainya dan tidak merasa tertekan. Biarkan si kecil menikmati masa kecilnya.

Aktif Bermain Rangsang Otak Anak

Agar makin cerdas, otak bayi harus senantiasa dirangsang. Stimulasi merupakan salah satu faktor yang berpengaruh bagi tumbuh dan berkembangnya otak bayi selain pemberian nutrisi.
Banyak hal yang bisa dilakukan untuk merangsang otak bayi, baik kiri maupun kanan. Bisa dengan mendengar, melihat, merasakan, mengingat, meniru, menyimpan, mengulang dan membiasakan. Intinya hanyalah bermain aktif setiap hari.
Stimulasi sudah bisa dilakukan sejak bayi masih di kandungan, yakni di usia 6 bulan. Saat itu, sang ibu bisa mengajak bicara atau ngobrol si bayi, membelai perut dan menyanyikan lagu-lagu berirama terutama bernada tinggi.
Semuanya itu harus dilakukan ibu dengan senang hati dan tulus. Karena jika ibu merasa tidak nyaman melakukannya, hal ini akan berpengaruh pada kondisi bayi.
Pernah ada seorang ibu merasa tidak nyaman dengan lagu yang didengarkan meskipun lagu itu disarankan untuk bayi (Mozart), tetapi ternyata sang ibu tidak merasa nyaman. Jadi yang penting, sang ibu harus merasa nyaman dulu, menurut Dr. Soedjatmiko, Sp.A.
Metode yang dilakukan beragam bisa dengan mendengar, melihat, merasakan, mengingat, meniru, menyimpan, mengulang dan membiasakan. Cara ini dilakukan untuk merangsang otak kiri dan otak kanan, agar keduanya dapat tumbuh dengan seimbang.
Kemudian pada usia 1 – 3 tahun, orangtua dapat mengajaknya melakukan beberapa aktivitas seperti, mengajak anak bernyanyi, bermain game dan membacakannya cerita pendek untuk memicu imajinasinya, memberikan pensil atau pensil warna untuk melatih menggambar dan menulis, mengajak berbicara dengan normal (jangan berbicara seperti bayi), mendorong ia untuk berpikir rasional misalnya mengajarkan ia tentang bahaya, dan memberikan ia tugas sederhana untuk memicu kemampuannya menghadapi tantangan misalnya meminta ia untuk membantu membersihkan ruang makan dan mainan.
Dalam hal ini, orangtua tidak hanya mampu mendampingi tetapi juga harus mampu menjelaskan. Jika si anak dapat melakukan dengan baik, berikan pujian padanya. Tapi jika ia masih menghadapi kesulitan, jangan pernah sekali-kali untuk melabelkan anak dengan kata-kata kasar seperti, bodoh, tolol atau yang lainnya. Karena ini dapat membuatnya merasa rendah diri.

Ajarkan Anak Bicara Baik

Ungkapan “anak-anak adalah peniru yang baik” sebaiknya perlu diperhatikan para orangtua. Terutama pada anak-anak usia di bawah 6 tahun (usia pra sekolah), yang belum paham betul sikap yang ditirunya di lingkungan. Seringkali mereka menirukan perkataan maupun perilaku yang kurang baik, hingga menyakiti orang di sekitarnya. Dan orangtua pun merasa kecewa dengan perilaku anaknya ini.
Menurut Titi P. Natalia, staf pengajar program Magister Psikologi Universitas Tarumanegara Jakarta, ketika menemui anak mengatakan hal kurang baik, orangtua jangan buru-buru menganggapnya nakal dan berperilaku negatif. Sebaiknya tanyakan alasan dan pemahamannya akan perkataan yang baru saja diucapkannya. Anak yang berkata kurang baik belum tentu bermaksud seperti apa yang dikatakannya. Bisa jadi ia sekadar menirukan perkataan orang dewasa, tayangan teve, siaran radio, teman bermain, atau sumber lain, tanpa paham maksud yang sebenarnya.
Jika demikian, jangan mengisolasi anak dari pengaruh buruk lingkungan. Bekali dengan pemahaman dan logika berpikir yang baik, akan lebih efektif dilakukan. Sehingga, sekalipun ia berinteraksi dengan lingkungan yang memberi pengaruh buruk, ia tak akan begitu saja mengikuti dan menjadikannya kebiasaan. Biar bagaimana pun, kita tak bisa mengubah begitu saja lingkungan di sekitar anak. Di mana pun anak bergaul, akan selalu ada anak-anak yang baik dan kurang baik.
Untuk menanamkan perilaku baik kepada anak, tentu harus dimulai dari kebiasaan dalam keluarga. Seperti hubungan ibu dan ayah yang baik, pendidikan moril dan agama yang baik, merupakan modal awal bagi anak untuk punya perilaku dan perkataan yang baik sehari-hari. Tanamkan pemahaman, anak-anak memang sedang dalam proses belajar dan beradaptasi. Sehingga, seburuk apapun perilakunya, selalu masih ada peluang untuk diperbaiki.
Jangan buru-buru menghardik atau memarahi anak yang tiba-tiba mengumpat. Apalagi melarangnya bermain dengan teman yang membuatnya belajar mengumpat. Justru itu akan membuatnya menutup diri dan mengulangnya di lain hari.
Alam bawah sadar
Jika si kecil bicara kurang baik, sebaiknya orangtua segera memanggil dan bertanya dengan lembut, “Sayang, kamu tadi bicara apa, sih?” Selanjutnya klarifikasi apakah ia benar-benar paham arti kata yang diucapkannya atau tidak. Biarkan ia mengungkapkan pemahaman yang dimiliki atas perkataan itu. Jika ia tak paham, beri penjelasan dan alasannya mengapa itu tak baik diucapkan. Lalu, akhiri dengan, “Kalau begitu, lain kali jangan diucapkan, ya!” Yang penting, jangan bosan-bosan mengingatkan anak. Menanamkan perilaku positif juga bisa dilakukan lewat alam bawah sadar anak. Misalnya, saat ia tidur bisikkan, “Adik nanti bicara yang baik, ya!” Atau, “Adik pasti bisa bicara manis, kan?”
Ulangi terus kebiasaan ini setiap hari. Jika sudah terekam baik di alam bawah sadarnya, ia akan mengubah perilakunya secara bertahap menjadi lebih baik. Alam bawah sadar ini memang lebih banyak jadi pengontrol perilaku sehari-hari.
Jika anak suka membantah saat dinasihati, ada baiknya orangtua mengintrospeksi pola komunikasi dengan anak yang selama ini diterapkan. Anak yang suka membantah bukan karakter dasar anak. Kondisi itu tercipta dari perlakuan yang diberikan orang dewasa terhadapnya. Perlakuan yang kerap mengabaikan, menghakimi, menyalahkan anak, dan lainnya inilah yang memicu anak jadi pembantah. Sehingga, sebelum disalahkan, ia memilih membantah terlebih dulu.
Bila orangtua menganggap tak punya masalah dengan perilaku itu, bisa jadi hal ini dilakukan orang dewasa lain yang ikut andil dalam pengasuhan anak. Cari tahu dan beritahu orang lain di rumah yang ikut berinteraksi dengan anak tentang cara menasehati si kecil dengan baik.
Yang penting, beri contoh baik kepada anak dengan perilaku terpuji sehari-hari. Sesekali ajak anak bersedekah, membantu orang kurang mampu, memperhatikan anak yang nasibnya kurang beruntung. Ini akan memperkaya jiwa empati dan membuat anak punya rasa toleransi lebih besar kepada sesamanya.

10 Cara Mengasah Talenta Anak

Membimbing Si Kecil memang gampang-gampang susah. Bila anak rewel, tentu akan membuat kening Anda berkerut, bukan? Asah talenta sebagai orangtua, dan jangan biarkan stres melanda!
1. Pentingnya Bercanda
Bagi sebagian orang, menjadi orangtua tampaknya mudah. Bermain bersama, merespons kebutuhan anak, mengerti perasaan anak, dan percaya kepada anak. Bagi sebagian lagi, diperlukan usaha lebih. Hal ini wajar saja, dan Anda pun pasti pernah mengalaminya. Anda bisa mengembangkan sifat-sifat lain untuk menjadi orangtua super seperti yang diinginkan.
2. Responsif & Kenali Kebutuhan Anak
Kunci dalam memberikan rasa aman pada anak-anak adalah dengan mengenali dan melengkapi kebutuhannya. Hal ini memang tak selalu mudah. Kebutuhan bayi sudah jelas: makan di saat mereka lapar, mengganti popoknya di saat basah, dan memeluknya di saat ia ingin berada di dekat Anda, dan perlihatkan dunia kepadanya di saat ia ingin tahu soal berbagai hal. Selanjutnya, kebutuhan anak yang lebih besar pasti akan lebih kompleks.
3. Temukan Keseimbangan Emosional
Tak mudah menemukan keseimbangan emosional pada saat Anda sedang diserang rasa marah, frustrasi, gelisah, atau tersinggung. Perasaan-perasaan ini mengganggu keseimbangan Anda, yang sebagai orangtua sudah cukup banyak menerima tantangan, dan harus dihadapi dengan tegar.
4. Mengerti & Empati
Di saat sedang mengamati perilaku Si Kecil lalu menduga kemungkinan perasaan yang ia rasakan, Anda akan berada di posisi yang lebih baik dalam mengembalikan segala hal pada jalurnya, soal bagaimana Anda dapat mengembangkan bakat dalam menyelami perasaan anak, mengerti dari mana asal perilakunya, dan melihat derita di balik masalahnya.
5. Refleksi Sikap Sebagai Orangtua
Untuk merefleksikan sikap sebagai orangtua sebaiknya Anda ‘flash back' atau berpikir mundur dan kembali pada keinginan awal, pada saat mulai menjadi orangtua. Dengan mengingat kembali tentang kehidupan seperti apa yang diinginkan akan dapat membantu Anda untuk menjadi orangtua yang lebih baik.
6. Resolusi: Memutuskan Ingin Jadi Orangtua Seperti Apa
Setiap orang pasti pernah mengalami rasa kehilangan, entah kehilangan orang tua, saudara, atau hilang kepekaan akan rasa aman karena dilecehkan atau ditolak semasa kecil. Anda mungkin tak kehilangan seseorang karena meninggal, tetapi kehilangan cinta dan perhatian dari orang yang dicintai pasti akan sangat sakit, depresi, dan stres. Semua jenis kehilangan bisa berdampak besar pada kemampuan Anda menjadi orangtua yang efektif.
7. Menerima Diri Sendiri & Berhenti Menyalahkan
Membiarkan mengkritik diri sendiri tak berarti mutu Anda sebagai orangtua menjadi hilang di depan anak. Tetapi melakukan segala hal yang itu-itu saja, tak akan membantu Anda dalam membimbing anak. Oleh karena itu, ubah pola asuh yang Anda terapkan! Temukan inoavsi baru yang sekaligus dapat memberi hiburan dan simpati di saat Anda sedang galau saat mengurus anak-anak dan rumah tangga.
8. Hubungan Baik
Pusatkan perhatian pada hubungan Anda dan pasangan agar lebih mudah dalam mendidik dan membimbing anak-anak bersama.
9. Jangan Ragu Minta Bantuan
Jarang ada orangtua mendapatkan dukungan yang cukup, baik secara praktis ataupun emosional, dalam kesenangan maupun keputusasaan. Bagaimana caranya agar Anda mudah mendapatkan dukungan ? Lalu, siapa yang mendengar dan memberikan perhatian pada Anda, setelah seharian membimbing dan memerhatikan anak-anak? Jangan ragu, mintalah dukungan dari pasangan hidup Anda !
10. Kepercayaan: Hindari Rasa Khawatir
Lawan dari rasa khawatir bisa jadi rasa percaya, percaya pada perkembangan zaman, percaya dengan kemampuan Anda sebagai orangtua, dan percaya kepada pasangan dan anak-anak. Nikmati hidup dan jalani sesuai dengan kemampuan, tanpa kehilangan masa-masa indah bersama keluarga.

Rabu, 11 Januari 2012

Asah Kecerdasan Naturalis

Setiap anak terlahir dengan bakat tertentu namun kondisi lingkungan yang buruk dapat menghambat pengembangan potensinya, terutama kecerdasan naturalis.

Setiap orangtua berkewajiban menghantarkan anak-anaknya mewujudkan bakat dan potensi yang dimiliki. Seorang anak disebut berbakat jika dia memiliki kemampuan dalam dirinya.

Psikolog anak dari Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia, Fabiola Priscilla Setiawan MPsi, mengemukakan, ciri anak berbakat di antaranya memiliki IQ lebih dari 130, EQ minimal 250, dan punya motivasi atau mampu mengikatkan diri terhadap tugas. Mereka juga senang bereksplorasi atau menjajaki suatu hal atau objek.

Bakat berkaitan dengan sistem kerja belahan otak kiri dan kanan. Otak kanan berhubungan dengan kreativitas, imajinasi, intuisi. Sementara otak kiri mengacu pada kecerdasan seseorang. Salah satu dari sembilan aspek multi-kecerdasan (multiple intelligence) yang dikemukakan Dr Howard Gardner adalah kecerdasan naturalis alias kecerdasan alami, termasuk kepekaan terhadap alam.

Setiap anak memilikinya, walaupun kadarnya berbeda dan dipengaruhi faktor-faktor seperti minat dan karakter lingkungan sekitar. Misalnya, anak yang tinggal di pinggir pantai dengan mudah menebak jenis-jenis ikan, jenis bebatuan, atau menerka gejala alam.

Sementara itu, anak-anak yang sejak kecil berdiam di pegunungan biasanya pandai menebak arah angin, dan mengenali jenis tanaman.

Untuk mengasah kecerdasan naturalisnya, ajarkan anak berkreasi dengan bahan-bahan alam dan menikmati sistem kehidupan alam.

Permasalahan yang kini dihadapi, apakah lingkungan sekarang memungkinkan anak mengoptimalkan potensi kecerdasan naturalisnya ? kondisi lingkungan yang makin buruk, seperti terjadinya pemanasan global (global warming), menunjukkan efek negatif bagi perkembangan fisik dan psikologis anak.

Ibu satu putri itu mencontohkan, seorang anak yang sebenarnya punya hobi berenang atau menyelam untuk mengoleksi batu-batu alam jadi takut terjun ke air karena khawatir airnya telah tercemar.

Bumi yang makin tidak "hijau" juga membuat anak tidak lagi mengenal keragaman flora dan fauna yang punah akibat naiknya suhu air laut.

Penelitian di bidang psikologi lingkungan menunjukkan, memanasnya suhu udara dapat memengaruhi kondisi emosi seseorang menjadi lebih mudah marah, cenderung agresif, dan merusak.

Masalah lain akibat ulah manusia adalah banjir dan kebakaran. Kondisi ini dapat membuat anak mengalami trauma karena kehilangan keluarga dan tempat tinggal. Ditambah keluhan fisik seperti luka, diare, dan leptospirosis akibat banjir, serta gangguan pernafasan. Anak jadi mudah terserang batuk, pilek, atau sakit saat menelan

Agar Si Kecil Mau Mengonsumsi Sayuran

Kita tahu bahwa sayuran memberikan nilai gizi yang penting bagi kesehatan. Repotnya, anak-anak biasanya tidak menyukai sayuran. Tidak heran, setiap ibu harus punya banyak akal untuk menciptakan menu sayuran yang disukai anak. Orang tua jangan putus asa untuk mendorong kebiasaan makan sehat bagi anaknya, usahakan "menyusupkan" sayuran ke dalam menu makannya.
Contoh snack sehat yang bagus dibuat di rumah adalah smoothie bayam, di dalamnya ada pisang, sebongkah mangga, dan segenggam penuh bayam, sehingga warnanya hijau. Namun rasanya seperti mangga dan pisang, dan anak-anak sangat suka melihat warnanya. mereka tidak merasakan bayamnya sama sekali.
Kita menyadari bahwa orangtua yang sibuk umumnya cukup sulit untuk selalu makan dan menyiapkan menu yang sehat untuk seluruh keluarga. Banyak pula keluarga yang hidup dengan kemiskinan, sehingga nilai gizi tak lagi menjadi pertimbangan utama dalam memilih makanan. Beberapa dari kita mungkin memiliki lebih banyak waktu atau uang daripada yang lain, sehingga penting bila kita menyisihkan waktu beberapa menit untuk membantu anak-anak menyiapkan makanan mereka

Agar Si Kecil Mudah Bangun Pagi

Salah satu rutinitas pagi hari yang cukup membuat Anda frustrasi adalah saat membangunkan si kecil. Saking sulitnya dibangunkan, si kecil sering terlambat masuk sekolah karenanya. Anda tak perlu langsung murka karenanya. Coba ingat-ingat lagi, apakah Anda atau suami Anda juga memiliki kesulitan tersebut waktu kecil ?
Namun, ada beberapa cara untuk membuat si kecil lebih mudah bangun di pagi hari.

1. Amati kebiasaan tidurnya
Bila si kecil sulit bangun pagi, kemungkinan ia juga butuh waktu lama untuk tertidur. Tanyakan pada si kecil, apa yang membuatnya susah tidur. Pastikan anak tidak minum minuman yang mengandung kafein pada sore hari.

2. Pastikan ia bisa tidur lelap
Jika anak tidak memiliki masalah untuk tidur, kemungkinan ia memang butuh waktu lebih banyak untuk tidur. Setiap orang berbeda; mungkin si kecil akan bangun lebih mudah pada pagi jika ia tidur satu atau dua jam lebih lama. Namun, membuat anak tidur lebih cepat juga merupakan tantangan besar untuk Anda!

3. Gunakan metode yang berbeda-beda untuk membangunkannya
Tidak semua anak merespons metode yang sama. Ada yang langsung terbangun ketika Anda menyalakan lampu di kamarnya. Ada yang hanya perlu disentuh sedikit sambil dipanggil namanya. Namun ada juga yang harus diguncang-guncang, bahkan didudukkan sambil sedikit diseret keluar. Cari cara terbaik dan cocok untuk si kecil.

4. Siapkan sarapan kesukaannya
Anda mungkin akan langsung terbangun bila mencium aroma kopi dan roti bakar berisi keju. Untuk si kecil, mungkin Anda bisa menyiapkan makanan kesukaannya yang menimbulkan aroma yang dahsyat. Entah itu nasi goreng dengan telur ceplok, atau roti dan sosis goreng. Biarkan pintu kamarnya terbuka agar ia bisa mencium aromanya.

5. Biasakan si kecil bangun sendiri
Membiasakannya bangun sendiri memang akan sulit, karena itu Anda perlu bersabar dalam mendorong anak melakukannya. Namun Anda harus melalui tahapan ini, karena jika tidak, anak akan kesulitan membangunkan dirinya sendiri hingga dewasa nanti. Dengan mengajak anak belajar bangun sendiri, secara tak langsung Anda juga mempersiapkannya menghadapi dunia nyata.

Senin, 09 Januari 2012

Agar Liburan Anak Makin Berkesan

Gua Maria Kerep Ambarawa

Candi Borobudur


Gunung Merapi

Bagi para orangtua, kesempatan berlibur dapat digunakan untuk mendekatkan diri dengan anak-anak. Selalu ada kenangan indah yang tersimpan di memori anak-anak setelah berlibur. Kenangan ini akan berpengaruh bagi masa depan mereka kata Dr Mel Borins, asisten profesor dari University of Toronto dan penulis buku Go Away Just for the Health of It.
Penelitiannya tentang hal ini sudah dimuat di Science Journal. Ia mengamati perubahan yang terjadi dalam hubungan keluarga para pekerja yang diberi perpanjangan waktu libur hingga 13 minggu. Hasilnya, responden mengaku bisa berkomunikasi dan berinteraksi lebih baik dengan pasangan maupun anak-anaknya. Sebanyak 25 persen malah menambahkan, mereka dapat bekerja dengan lebih efisien pascaliburan.
Liburan juga bisa menjadi saat yang tepat untuk mengenalkan anak-anak pada berbagai tempat menarik sambil memperluas wawasan mereka. Apalagi, mengingat selama ini "wisata" keluarga dilakukan sebatas ke mal atau menginap di vila.
Agar liburan keluarga berkesan dan bermanfaat, ada beberapa hal yang dapat kita lakukan:
* Ajak anak-anak merencanakannya. Keterlibatan dalam perencanaan liburan membuat mereka lebih antusias pada saat perjalanan. Jika anak-anak masih kecil, kitalah yang harus merencanakan, kemudian baru memberikan gambarannya kepada mereka.
* Tetapkan tema tertentu untuk setiap masa liburan. Diskusikan pilihan tema liburan bersama anak-anak yang lebih besar, dan fokuskan pada manfaat yang bisa mereka dapatkan dari tempat-tempat wisata yang dikunjungi.
* Beri "pancingan" agar lebih semangat. Sebelum berangkat liburan, coba perlihatkan film, foto, atau klip tentang sisi menarik tempat yang akan dituju. Dijamin, anak-anak makin bersemangat.
* Ciptakan obrolan bermutu seputar objek yang dikunjungi. Apa gunanya membawa anak-anak ke objek wisata, sekadar melihat-lihat, lalu pulang. Lebih baik, luangkan sedikit waktu untuk membicarakan hasil kunjungan dan kesan apa yang mereka dapat dari sana. Orangtua pun perlu membekali diri dengan sedikit referensi sejarah atau legenda tempat yang dikunjungi. Kalau perlu, manfaatkan jasa pemandu wisata yang biasanya punya banyak informasi.

Agar Batita Disiplin, Pahami Cara Pikir Mereka

Anda pasti setuju, anak perlu diajarkan disiplin sejak dini. Namun, ternyata mengajarkan hal ini kepada anak berusia di bawah tiga tahun (batita) tidaklah mudah. Di satu pihak, orangtua ingin mengajarkan mereka untuk mengikuti aturan yang sudah dibuat demi kebaikan mereka. Di lain pihak, anak-anak pada usia ini sudah menjadi lebih mandiri dan mulai merasa diri mereka sebagai individu. Tetapi, mereka juga masih belum dapat menyampaikan keinginan dan memiliki nalar yang baik.

Para batita sudah paham bahwa segala yang mereka lakukan akan memberi hasil. Mereka merasa punya kekuatan untuk melakukan sesuatu kata Claire Lerner, ahli perkembangan anak dan direktur organisasi yang bergerak di bidang parenting, Zero to Three. Mereka tidak mau diperlakukan seperti bayi lagi. Masalahnya, kendali diri mereka masih sangat rendah dan kemampuan rasionalnya juga belum sempurna. Ini yang membuat para orangtua jadi jengkel.

Agar para orangtua dapat mengajarkan batitanya disiplin, disarankan untuk terlebih dulu memahami jalan pikiran dan perasaan mereka. Para orangtua harus ingat bahwa anak-anak bukanlah orang dewasa dalam bentuk mini. Mereka mungkin masih belum dapat memahami apa yang Anda katakan maupun perintah yang Anda sampaikan. Untuk itu Anda perlu menyatakan bahwa Anda tahu apa yang mereka rasakan. Katakan bahwa Anda tahu dia tidak suka apabila diajak mandi di saat sedang menonton, atau marah jika harus berhenti main dan pergi tidur siang. Setelahnya, sertai dengan memberinya pengertian, mengapa hal itu perlu dilakukan.
Orangtua harus menentukan batasan bagi anak. Namun, lakukanlah dengan cara yang baik, sehingga memperlihatkan bahwa Anda menghargai anak. Dengan begitu, anak juga bisa belajar menghadapi rasa frustrasi atau kesal, dan juga mematuhi peraturan.

Selain itu, Anda juga bisa memberikan pilihan pada anak, untuk menunjukkan rasa respek Anda terhadapnya dan bahwa Anda memahami perasaannya. Misalnya, dengan bertanya pada anak apakah dia mau membawa buku favoritnya atau snack saat akan pergi naik mobil. Ini akan membuat anak berpikir, mereka masih bisa punya kendali atas dirinya sendiri, meskipun Anda juga tetap memegang kendali utama.

Agar Anak Tak Takut Tidur Sendiri

Ketika anak Anda masih bayi, mungkin Anda tak akan mengalami kesulitan untuk tidur karena rasa takut gelap di malam hari. Hal ini disebabkan karena Anda selalu menjaganya disetiap malam, sehingga mereka tidak akan merasa takut saat siang atau malam hari.

Namun, ketika anak-anak mulai beranjak balita, pasti akan ada saatnya untuk mengajarkan mereka untuk berani tidur di kamarnya sendiri. Ketika tiba waktunya untuk tidur sendiri, balita cenderung akan mengalami kesulitan untuk tidur sendiri di malam hari. Tak jarang waktu tidur malam menjadi sangat menakutkan untuk mereka.

Gelapnya malam ini berubah menjadi sangat menakutkan bagi balita berusia empat tahun. Hal ini disebabkan karena adanya peningkatan daya kognitif pada otak dan juga tingkat imajinasi yang tinggi kata Jonathan Kushnir, PhD, seorang ilmuwan dari Tel Aviv University.

Ketakutan ini harus segera dihilangkan agar anak-anak menjadi mandiri dan menghindari kecemasan akan gelap yang berimbas pada terganggunya tidur malam.

Jangan terlalu sering untuk menemani anak Anda dan menjaganya sampai tertidur, karena hal ini justru akan membuat mereka mengandalkan Anda dan akhirnya tidak bisa mandiri. Balita yang mengandalkan orang tua untuk menjaganya sampai tertidur di malam hari, akan membuat mereka sering terbangun di malam hari dan semakin ketakutan pada gelap sampai mereka dewasa.

Benda teman tidur

Banyak cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi ketakutan anak agar mereka bisa tidur sendiri dan nyenyak di malam hari.  Salah satu caranya adalah dengan memilih lampu tidur yang cantik, dan disukai anak sehingga menghadirkan rasa nyaman untuk anak-anak. Selain itu, tak ada salahnya untuk menyediakan sebuah boneka lucu di atas tempat tidurnya.

Dari percobaan yang dilakukan, tiga dari empat anak yang diberikan berbagai item kenyamanan yang ada di dalam kamarnya seperti boneka, atau lampu tidur yang cantik, bisa mengurangi ketakutan saat tidur malam, dan justru dapat meningkatkan kualitas tidur setelah satu bulan kata Kushnir dalam European Journal of Pediatrics.

Sugesti

Untuk menghilangkan ketakutan anak saat tidur malam, berikan anak Anda mainan baru seperti boneka. Lalu katakan padanya bahwa ia harus melindungi boneka tersebut dari gelap malam agar mereka bisa tidur nyenyak. Hal ini akan membuat anak Anda bisa merasa lebih hebat sehingga harus melindungi bonekanya tersebut.

Cara lainnya adalah dengan mengatakan padanya bahwa boneka yang tidur bersamanya itu bertugas untuk menjaga mereka agar tetap aman dan nyaman. Ucapan ini akan membuat anak Anda bisa tidur lebih nyenyak karena mereka merasa aman dan terlindungi.

5 Cara Membangun Kedekatan dengan Anak

Merayakan ulang tahun Indira

Bercanda dgn Indira


Setiap orangtua perlu menyadari seberapa dekat dirinya dengan anak-anaknya. Artinya, orangtua perlu berupaya untuk merespons kebutuhan emosional anak, sehingga anak pada akhirnya merasa dimengerti dan dihargai. Setiap anak memiliki kebutuhan akan afeksi dan perhatian yang berbeda, tergantung kepribadian dan temperamennya. Karenanya, cara setiap orangtua dalam mendekatkan diri kepada anak bisa berbeda, antara keluarga satu dengan keluarga lainnya.

Inilah tantangan yang dihadapi orangtua modern. Pasalnya, banyak orangtua bekerja yang disibukkan dan dibuat stres dengan tuntutan pekerjaan dan karier. Belum lagi kekhawatiran orangtua mengenai kondisi keuangan yang memberikan tekanan tersendiri bagi keluarga. Bagaimanapun kondisinya, adalah tugas orangtua untuk tetap membangun kedekatan dengan anak-anaknya. menciptakan hubungan emosi positif yang bermanfaat dan berdampak besar bagi anak.

Berikut
lima prinsip sederhana yang perlu diaplikasikan orangtua agar memiliki hubungan akrab dengan anak:

1. Menerima temperamen anak.
Setiap anak tumbuh dengan temperamen yang unik, hasil dari pengasuhan dan didikan sejak belia bahkan sejak lahir. Temperamen anak umumnya terbagi empat kategori, easygoing, suka tantangan, tenang, campuran dari beberapa temperamen.
Tugas penting orangtua adalah menyesuaikan diri dengan kepribadian anak. Tantangan semakin besar ketika orangtua memiliki temperamen yang bertolak belakang dengan anak. Sebagai orang dewasa, menerima temperamen anak akan membantu anak dan menimbulkan rasa aman dan percaya. Dampaknya, anak merasa nyaman dengan dirinya, identitasnya.

2. Investasi waktu.

Banyak orangtua yang mengkotak-kotakkan antara kuantitas dan kualitas waktu. Anggapan saya memang tak banyak meluangkan waktu namun ketika ada waktu saya selalu bersenang-senang dengan anak. Untuk mempunyai kualitas waktu dengan anak, orangtua perlu meluangkan sebanyak mungkin waktu bersama anak-anaknya. Kebersamaan yang lebih sering dengan anak, menjadi momen untuk membangun kepercayaan, saling memelajari bahasa cinta masing-masing antara orangtua-anak, selain juga memahami sepenuhnya karakter anak.
Momen berkualitas bersama anak tercipta dari aktivitas sederhana namun sering. Mulai saja dengan selalu berbicara dengan anak mengenai aktivitasnya seharian. Lakukan percakapan sesering mungkin. Membacakan cerita atau buku, kepada anak-anak juga bisa menjadi pilihan.

Anak-anak membutuhkan keduanya, kuantitas dan kualitas waktu menurut Janie Lacy, konsultan kesehatan mental bersertifikat dari
Orlando.

3. Berikan sentuhan.
Sentuhan, sekecil apapun, memberi dampak besar bagi anak. Bahkan sekadar memberikan "tos" atau melakukan permainan adu panco. Apalagi memberikan kecupan saat anak mulai tertidur pulas di malam hari. Jangan sepelekan sentuhan-sentuhan kecil ini.
Sentuhan dari orangtua, merupakan pembelajaran bagi anak, bahwa ia merasa aman dan disayangi orangtuanya. Meski begitu, sekali lagi, orangtua perlu memahami kepribadian anak. Boleh jadi ada anak yang tak suka dikecup di depan teman-temannya. Ia hanya suka dipeluk saat berduaan saja dengan ayah atau ibunya misalnya. Mengenali kebutuhan dan kepribadian anak akan membantu orangtua dalam memberikan bentuk sentuhan yang tepat pada waktu yang tepat.
 
4. Mengajarkan anak nilai dan life skill.

Jangan asal berkata "Sudah, lupakan saja" atau "Kamu seharusnya nggak perlu merasa seperti itu," saat anak sedang mengalami masalah atau bermasalah dengan emosi negatifnya. Cara seperti ini takkan efektif, dan terekam dalam otak anak yang akhirnya berpengaruh pada kepribadiannya saat dewasa.
Saat anak memiliki emosi negatif, ajarkan mereka untuk mengatasinya bukan mengabaikannya. Ajak anak mengatasi perasaan dan mencari solusi untuk mengubah emosi negatif menjadi lebih positif. Dengan begitu, anak-anak akan mampu mengelola emosinya lebih baik.
Selalu katakan pada anak, bahwa Anda bersedia menjadi tempat berbagi. Anak selalu memerhatikan dan belajar dari setiap perilaku orang terdekatnya. Jadi jika ingin anak selalu berbagi dan mampu mengelola emosi, Ayah ibunya juga harus mampu menjadi contoh baiknya.

5. Menjadi contoh tangguh.
Anda adalah contoh bagi anak-anak. Bagaimana Anda mengelola stres, menghadapi masalah keluarga, bertahan dan menjaga keharmonisan rumah tangga di saat sulit sekalipun, inilah yang dipelajari anak dari ayah dan ibunya. Jika Anda dan pasangan membuktikan bahwa dalam kesulitan apapun, kondisi rumah tangga dan  keluarga selalu kuat dan harmonis, dengan selalu berpikir dan bertindak positif, anak akan merasa aman dan nyaman.
Inilah sejumlah hal yang dapat membangun kedekatan orangtua-anak. Kesabaran, kegigihan, kesadaran dari orangtua menjadi kunci suksesnya. Pasangan suami-istri, akan menikmati hidupnya lebih baik, dengan kedekatan dan keakraban bersama anak-anaknya.
Menyaksikan anak bertumbuh dan berkembang hingga dewasa dengan cara positif, bukankah menjadi sumber kebahagiaan dan kesuksesan yang seutuhnya bagi orangtua ?

4 Cara Efektif Menegur Anak

Setiap hari, hidup Anda tidak jauh dari meminta anak mematikan televisi, membereskan mainan, hingga menyuruhnya mandi. Dan permintaan ini seringnya tidak hanya diucapkan sekali, melainkan harus berkali-kali. Tak heran juga bila Anda juga kerap harus setengah menjerit agar anak mau mendengar dan melakukan apa yang diminta.

Faktanya: Ketika Anda berteriak, "Ayo dong, kamu dengar ibu, tidak ?", sebenarnya anak Anda mungkin memang tidak mendengar. Bukan karena suara Anda kurang keras, tetapi karena cara menegur kita kurang efektif. Hasilnya sama saja dengan ketika Anda mengomel panjang-pendek kepada pasangan atau customer service di mal -hanya diiyakan tapi tidak dilakukan.

Jadi, bagaimana supaya Anda tidak perlu "tarik urat" setiap kali meminta anak melakukan sesuatu ? Coba terapkan 4 tips ini:

1. Jangan bersaing dengan layar televisi, video games, dan suara musik. Percuma saja Anda bicara ketika mereka sedang fokus ke arah lain, karena mereka tidak akan mendengarkan. Matikan televisi dan musik, atau minta anak meletakkan game-nya sebentar, barulah bicara dengannya.

2. Minta dia menatap Anda. Anak-anak akan merasa Anda serius kalau mereka diminta melihat ke arah Anda. Jadi, ketika sekali Anda bicara dan dia tidak dengar, katakan padanya, "Coba kamu lihat ke sini. Ibu lagi ngomong, nih." Setelah matanya menatap Anda, barulah ulangi permintaan Anda.

3. Jangan menjerit. Di satu sisi, menjerit dapat memuaskan rasa jengkel Anda karena tidak diperhatikan. Namun, di lain pihak, jeritan Anda dianggap anak sebagai tanda bahwa Anda marah. Dia tidak akan memahami lagi bahwa yang Anda inginkan adalah dia membereskan mainannya. Tidak heran kalau bukannya beranjak, dia malah akan duduk manis tapi tidak melakukan apa yang Anda minta. Utarakan keinginan Anda dengan suara yang tenang dan tegas, maka pesan Anda akan segera diterima dengan baik.

4. Kalimat retoris tidak akan mempan. Mungkin saja anak tidak akan menanggapi saat Anda mengomel, "Berapa kali, sih, Ibu harus beritahu kamu supaya menaruh baju kotor di keranjang ?" Tapi pesan ini tidak akan sampai ke benaknya dan ia akan tetap meninggalkan baju kotornya di kamar. Jadi, daripada buang waktu dan tenaga dengan kalimat-kalimat retoris seperti ini, lebih baik katakan langsung apa yang Anda inginkan, "Taruh baju kotormu di keranjang. Sekarang."

Minggu, 01 Januari 2012

Floor Time 30 Menit Bersama Anak

Floor time adalah sebuah konsep yang diperuntukkan untuk menjalin interaksi antara orangtua dengan anak secara efektif dan berkualitas. Waktu untuk aktifitas yang dibutuhkan berkisar antara 20 sampai 30 menit. Dengan cara ini, diharapkan terciptanya kedekatan emosi dan merangsang pertumbuhan anak.
Konsep floor time ini menekankan bahwa anak adalah subjek. Sehingga dalam penerapannya, disarankan kepada orangtua agar selalu berorientasi pada minat dan opini anak. Peran orangtua adalah untuk memotivasi, mengarahkan dan mencegah jika tindakannya mengarah pada hal-hal yang berbahaya.
Membuka dan menutup jalur komunikasi. Jika anak anda menggerakkan mobil mainannya dan kemudian anda mengikutinya atau berkata "kemana kita akan pergi?" atau "Bolehkah bonekaku menumpang dimobilmu?" maka anda telah membuka jalur komunikasi dengannya.
Jika ia memberi respon melalui isyara atau ucapan dengan mengatakan, Kita akan pulang ke rumah, maka ia telah menutup jalur komunikasi itu. Anda juga disarankan untuk membagi informasi-informasi baru yang belum diketahuinya. Misalnya, anda bisa beritahu tentang kenapa jumlah ban mobilnya ada empat dan berbentuk bulat.
Ciptakan suasana lingkungan permainan yang sesuai. Bentuk minat alami anak perlu didukung dengan lingkungan yang sesuai. Misalnya, jika anak anda berminat untuk bermain mobil-mobilan, anda sebaiknya menyediakan mainan mobil, tempat yang cukup lapang, boneka kecil sebagai penumpangnya, dll.
Jadilah sebagai penyambung dari mainan. Misalnya anda bisa berperan dan berbicara sebagai boneka penumpang mobil yang dimainkannya. Anggap saja mainan itu sebagai media interaksi dengan anak anda.
Interaksi bersifat kreatif dan spontan. Beberapa anak cenderung lebih baik dengan jenis mainan tertentu. Sementara yang lain lebih memilih berinteraksi langsung dengan anda. Apapun pilihan dan minat anak, bangunlah suasana yang membuat anak mampu mengeksplorasi beberapa situasi dan perasaan nyata secara imajinatif yang mereka alami dalam kehidupan sehari-hari.
Mengembangkan alur komunikasi. Saat anda berpartisipasi dengan anak, cobalah untuk mengembangkan daya imajinasi anak sekaligus mengenalkan informasi padanya. Untuk itu anda terlebih dahulu mengenal dan memperhatikan aktifitas anak. Misalnya ketika anak anda membuat kegaduhan dengan memukul-mukulkan palu mainan, anda bisa memberi komentar "Wahh hebat sekali anak bunda, kamu seperti drumer", kemudian anda bisa kembangkan aktifitas tersebut dengan irama dan nyanyian yang sesuai. Jika anda menunjukkan minat terhadap apa yang sedang dimainkannya, anak akan merasa dihargai dan merasa mendapatkan dukungan dan kasih sayang.
Gaya permainan yang obstruktif. Terkadang anda akan menemukan bahwa anda telah berhasil mengembangkan permainan atau percakapan dengan anak melalui interaksi dalam sebuah gaya permainan yang obstruktif. Misalnya, jika ia menghindari anda selama permainan. Carilah cara agar anda mendapatkan tempat dalam permainannya. Misalnya ketika ia sedang bermain mobil-mobilan dan ia tidak ingin anda terlibat, cobalah jadikan perut anda sebagai jalanannya atau membuat terowongan dengan tangan anda.
Pada prinsipnya anda dituntut untuk aktif dan mengikuti dan mengembangkan permainan yang diminati anak. Oke..Selamat bermain dan bersenang-senang bersama anak

Berimajinasi dengan Kata-Kata

 Indira bermain pura-pura menjadi princess


Bermain pura-pura atau pretend play, permainan imajinatif yang biasa dilakukan anak berusia 3-5 tahun. Semua peran sah-sah saja dimainkan.

Sekilas, bermain peran pura-pura itu tampak aneh bagi orang dewasa. Permainan tersebut adalah kegiatan yang wajar bahkan penuh manfaat bagi anak.

Memasuki tahun kedua usianya, anak mulai dapat mengombinasikan beberapa kata. Dia mulai memahami kalimat-kalimat sederhana. Si kecil pun mulai asyik meniru perilaku orang-orang dewasa di sekitarnya dengan cara bermain.

Anak-anak sering kali terlihat sangat serius dalam bermain pura-pura. Satu set peralatan minum teh bisa menjadi tempat untuk menjamu teman-teman imajinasinya.

Menurut Psikolog Dr Sandra Shiner, bermain pura-pura adalah bagian dari perkembangan anak yang sehat. Permainan jenis ini, lanjutnya, adalah salah satu akar dari jiwa seseorang.

Salah satu karakter manusia adalah kemampuan untuk berfantasi yaitu kemampuan untuk menarik atau mengubah dunia nyata pada dunia lain yang mungkin lebih menakutkan atau menyenangkan.

Orangtua seharusnya mendukung permainan yang dilakukan anak-anak karena pemikiran kreatif dimulai dari kemampuan untuk berimajinasi tentang ide sebelum melakukannya dalam dunia nyata. Ketika si kecil melihat bagaimana ibu menyuapinya, dia pun meniru dengan cara menyuapi bonekanya.

Ketika melihat ayah ke kantor, dokter memeriksa pasien, guru mengajar, ibu memasak, dengan bebas anak-anak meniru dalam bentuk sebuah permainan.

Orangtua dapat belajar mengenai dirinya dengan mengikuti permainan imajinasi yang dilakukan anak-anaknya.

Jika orangtua ingin mengetahui pandangan anak mengenai Anda, maka dengarkan bagaimana anak Anda berbicara dengan bonekanya. Sering kali Anda dapat mendengar bagaimana ia menyerupai tingkah orangtua saat ia bersama mainannya.

Penelitian yang dilakukan Kathleen Kirby dari Amerika Serikat, menemukan bahwa anak-anak antara usia dua hingga empat tahun melewatkan 45% - 50% waktu luang mereka untuk bermain pura-pura. Studi tersebut dilakukan Kirby terhadap anak-anak di beberapa tempat penitipan anak.

Hampir dua kali lipat banyaknya dari waktu yang mereka lakukan untuk kegiatan lain, kata Kirby.

Ketika bermain pura-pura, si kecil biasanya menggunakan imajinasi dan kata-kata untuk menggantikan objek atau situasi sesungguhnya. Imajinasi anak dapat mengubah benda maupun orang-orang yang terlibat dalam permainannya. Misalnya, tongkat dalam alam pikiran anak bisa saja tetap menjadi tongkat, namun juga dapat menjadi alat pancing atau sapu terbang.

Semakin bertambahnya usia anak, permainan pura-pura semakin canggih dan kompleks. Awalnya, si kecil hanya meniru menyuapi boneka beruangnya. Dengan semakin meningkat kemampuannya berimajinasi, ia akan memanfaatkan berbagai benda yang ditemuinya untuk membantu memainkan sebuah lakon tertentu dalam satu rentang waktu.

Kegiatan bermain pura-pura akan mereda ketika si kecil memasuki usia sekolah. Saat itu anak mulai menggunakan rasionya

Cara Bijak Menghargai Kreatifitas Anak

Tanpa disadari kritik dan saran orang tua terhadap anak memiliki pengaruh buruk bagi si kecil. Kesalahan dalam mengungkapkan kritik dan saran dapat membunuh antusiasme si kecil.
Bila si kecil dengan wajah berbinar-binar menghampiri anda lalu memamerkan “karya-nya” yang “spektakuler” berupa kartu, lukisan pegunungan atau lainnya. Apapun bentuknya, si kecil merasa bangga dan tidak sabar lagi ingin memamerkannya kepada orang yang paling dekat di hatinya.
Sikap yang ditunjukkan orang tua dalam menghadapi situasi tertentu sangat mempengaruhi si kecil. Kadang orang tua justru yang merusak suasana sebab memberikan kritik terhadap karya tersebut secara berlebihan seperti gambarnya kurang ini, tulisannya kok begitu dan sebagainya. Membuat si kecil patah hati dan melangkah pergi dengan kepala menunduk. Bahkan mungkin anak berjanji dalam hati tidak akan pernah mencoba lagi untuk membuat yang lebih baik.
Memang evaluasi dan kritik positif juga diperlukan untuk mendorong semangat si kecil agar dapat melakukan yang lebih baik pada kesempatan berikutnya, tapi anda tetap harus berhati-hati agar si kecil tidak tersinggung.
Jika antusiasme si kecil dalam belajar dan mencoba dipatahkan dengan kritik yang terlalu pedas, sulit bagi si kecil untuk menumbuhkan semangat itu kembali. Akan lebih baik jika orang tua memandang sisi positif dari usaha yang dilakukan si kecil dan berikan dukungan semangat agar si kecil meningkatkan kualitas hasil karyanya tersebut.

Berkreasilah Bersama Anak

Perkembangan karakter anak pasti menjadi salah satu perhatian utama orang tua. Ada beberapa metode sederhana tapi efektif yang bisa digunakan. Karakter anak dapat berkembang dan kedekatan dengan putra-putri tercinta juga tercipta.
Para orang tua dapat memulai dengan mengajak anak berkreasi membuat undangan pestanya. Dengan kertas dan spidol warna-warni serta pernak-pernik hiasan, anak bisa menghasilkan kartu undangan yang menarik dan pasti membuatnya bangga lantaran dibuat sendiri. Apalagi kemudian dibagikan kepada teman-teman.
Kue ulang tahun juga bisa disiapkan sendiri oleh sang anak tentunya dengan dibantu orang tua. Tokoh favorit buah hati dapat jadi sumber inspirasi. Kreasi buah hati tercinta yang satu ini juga bisa membuat pesta makin semarak. Para undangan kecil bisa bergaya dengan topi istimewa. Anak pasti bangga.
Masih ada cara lain untuk mengembangkan kepribadian anak. Misalnya yang ingin mengembangkan pribadi sabar. Yoga Kids atau yoga anak-anak bisa jadi solusinya. Tanpa banyak gerakan fisik yang sulit, anak mudah mengikuti. Tapi percayalah, setiap gerakan berhubungan dengan pembentukan aspek emosional anak.
Gerakan yoga juga bisa mengatasi berbagai penyakit ringan yang seringkali mendera anak-anak. Para orang perlu menyadari begitu banyak metode dan pola asuh anak. Pilihan ada di tangan orang tua. Ingatlah untuk selalu memilih pola asuh yang mengoptimalkan tumbuh kembang putra putri.

Bekali Anak Pengetahuan Global

Di era globalisasi ini semua hal perlu dipersiapkan agar tidak tertinggal, termasuk membekali anak dengan pengetahuan-pengetahuan global demi masa depannya nanti.

Mengetahui semua negara-negara yang ada di dunia ini bisa menjadikan suatu pengetahuan untuk anak. Di mana hal tersebut menjadi salah satu bekal untuk menghadapi era globalisasi. Mengajarkan anak tentang negara-negara yang ada di dunia ini memang sesuatu yang bagus, terutama untuk ke depannya nanti.

Dia mengatakan, mengenalkan anak pada negara-negara lain di dunia adalah hal yang bagus. Mengenalkan pada negara tidak usah yang jauh-jauh dulu, cukup diawali dari negara tetangga, misalnya Singapura atau yang sekitar
Asia saja juga tidak masalah.

Objek yang dijelaskan pada anak bisa dimulai dari apa yang terkenal dari negara tersebut. Misalnya objek pariwisata, budaya, atau warna bendera. Mengenalkan kepada anak pun bisa melalui berbagai media, seperti internet, televisi, atau majalah.

Sebenarnya, dikenalkan bisa lewat apa saja, tetapi yang lebih bagus adalah dikenalkan melalui internet atau buku-buku. Yang pasti dikenalkan lewat gambar lebih bagus.

Cara mengenalkan pada anak, sebaiknya sambil bermain. Karena dengan bermain ini, anak-anak akan lebih cepat menyerapnya. Adapun umur yang optimal untuk mengenalkan negara-negara dunia pada rentang umur 4-5 tahun. Di umur itu, anak sedang senang-senangnya bermain dan ingin tahu banyak. Selain itu, pada umur tersebut, anak-anak juga bisa menyerap lebih baik apa yang dipelajarinya.

Ternyata ada manfaat kejiwaan yang didapatkan si anak dalam mempelajari dunia ini. Di antaranya, si anak jadi bisa lebih kreatif, wawasan bertambah luas, bangga karena mempunyai pengetahuan yang berbeda dibandingkan yang lain. Anak yang berpengetahuan luas akan lebih bangga, kreatif, dan pintar. Selain itu, si anak juga mempunyai nilai tambah.

Berkeliling dunia memang impian semua orang, termasuk anak-anak. Dengan tujuan mengenal berbagai macam kebudayaan maupun kebiasaan yang dikenal dari berbagai negara pastinya menyenangkan.

Anak-anak zaman sekarang harus dipersiapkan untuk menghadapi era globalisasi. Mereka harus siap menghadapi era tersebut. Salah satunya mengenalkan mereka dengan negara-negara yang ada di seluruh dunia.

Mengajak anak-anak berkeliling dunia mengenal budaya dan alam berbagai benua. Kegiatan ini merupakan salah satu upaya mendukung secara nyata tumbuh kembang generasi platinum
Indonesia sebagai aset bangsa yang bernilai. Semua kegiatan yang berlangsung ini diselenggarakan dan dikemas untuk mengembangkan pola multiple intelligence (kecerdasan majemuk) yang dimiliki anak-anak generasi platinum Indonesia.
Di antaranya kecerdasan natural, matematis logis, olah tubuh, ruang dan bangun, bahasa dan sebagainya.

Ayah bukan Hanya Figuran di Keluarga

Para ayah punya peran penting dalam keluarga, terutama dalam pengasuhan anak. Menjadi seorang ayah harus profesional, peduli, perhatian dan hadir secara utuh dalam keluarga, bagi anak-anak juga pasangannya. Ayah juga harus memainkan peran sebagai pelaku utama, bukan hanya figuran dalam keluarga.

Inilah pesan yang disampaikan Ketua Pembina Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA),  Dr Seto Mulyadi. Kak Seto menjelaskan pentingnya peran ayah bagi anak-anak dan pasangan, dalam membangun sebuah keluarga.

Penelitian di luar negeri menunjukkan para pelaku kriminal presentasi terbesarnya adalah orang yang tidak mendapatkan perhatian dari ayahnya. Ayah harus menjadi pelaku utama bersama ibu, bukan figuran, dalam keluarga, kata Kak Seto yang mengaku keempat anaknya memiliki kedekatan emosi yang kuat dengannya lantaran hubungan ayah-anak telah dibangun sejak belia melalui komunikasi yang baik.

Kak Seto melanjutkan, dari data yang masuk ke Komnas PA, 80% pelaku kekerasan dalam rumah tangga terhadap anak adalah para ibu, dengan adanya kontribusi dari ayah. Kekerasan dalam rumah tangga terhadap anak, terjadi bukan karena ibu yang jahat, tetapi karena ayah yang tidak peduli.

Mengapa ayah perlu peduli ?
Kehadiran ayah secara nyata di rumah, berdampak bukan hanya kepada psikologis anak namun juga ibu. Sosok ayah dibutuhkan oleh anak laki-laki, juga anak perempuan. Ibu juga membutuhkan peran ayah dalam pengasuhan untuk menimbulkan rasa aman, kebersamaan, dan pekerjaan rumah tangga yang lebih ringan. Bahkan, kehadiran peran ayah di rumah secara utuh juga memperkokoh nilai perkawinan, jelas Kak Seto.

Dari segi psikologis, anak membutuhkan model perilaku maskulin dari ayahnya. Anak perempuan pun membutuhkan model ini untuk mengembangkan kemampuannya menghadapi pasangan hidupnya nanti.

Anak perempuan dapat lebih mampu memahami perilaku laki-laki karena kedekatan yang terbangun antara dia dengan sang ayah. Kedekatan hubungan ayah dengan anak-anak juga berperan penting bagi pasangan dan hubungan pernikahan. Ibu yang merasa dibantu dalam menjalankan peran pengasuhan menimbulkan perasaan lebih aman dan nyaman, yang berpengaruh pada keharmonisan keluarga.

Menguatkan pernikahan

Kepedulian ayah terhadap keluarga menjadi penting untuk menguatkan perkawinan, kata Kak Seto. Selain itu kedekatan hubungan ayah dengan seluruh anggota keluarganya, mengembangkan rasa percaya diri ayah.

Tidak ada gunanya sukses di luar, namun saat kembali ke rumah, ayah tak dekat dengan anak. Mendapat pengakuan di rumah, apalagi dari anak-anak penting untuk memberikan rasa aman dan nyaman bagi seorang ayah.

Menjadi ayah harus profesional, kata Kak Seto. Langkah awalnya adalah dengan membangun kedekatan bersama anak-anak. Jangan pernah menjadikan keterbatasan waktu atau kesibukan bekerja sebagai alasan untuk tak dekat dengan anak. Karenanya kemampuan manajemen waktu menjadi penting dimiliki setiap ayah.

Komunikasi sejak dini

Untuk menjadi ayah yang peduli dan profesional, langkah awalnya mulai membiasakan kekuatan verbal, membangun komunikasi dengan anak sejak dini. Dengan begitu, anak akan terbuka berbicara dan mengungkapkan pikiran dan ekspresinya kepada orangtuanya.

Jika ingin menyontoh Kak Seto, bacakan dongeng kepada anak sejak dini. Kemampuan berdialog antara orangtua-anak semakin berkembang dari kebiasaan membacakan dongeng ini. Atau Anda dan pasangan punya cara lainnya ?

Bagaimana Menstimulasi Kecerdasan Anak Anda

Di usia 3 - 5 tahun kecerdasan anak sudah sangat maju dan kompleks, sehingga diperlukan stimulasi yang lebih tepat untuk mengembangkan kecerdasan mereka itu, salah satunya dengan bermain.
Menurut Garry L. Landreth, pendiri dan direktur Center for Play Therapy di University of North Texas (UNT), bermain adalah bagian integral dari masa kanak-kanak, media yang unik untuk memfasilitasi perkembangan ekspresi bahasa, ketrampilan komunikasi, emosi, sosial, pengambilan keputusan, serta perkembangan kognitif pada anak-anak.
Untuk itulah, metode paling tepat memberikan stimulasi pada anak-anak adalah dengan bermain. Tak ubahnya Landreth, psikolog dari Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia Muhammad Rizal psi juga mengatakan, bahwa bermain membuat anak di usia 3-5 tahun semakin cerdas.
Hanya saja, menurut Rizal, ada baiknya stimulasi lewat bermain itu diberikan mengikuti 7 cara kecerdasan si anak, seperti yang pernah dijelaskan oleh Dr Howard Gardner, psikolog dari Harvard University, yaitu:
Kecerdasan Spasial/Kinestetis
- Membantu pekerjaan rumah atau aktivitas lain semisal menyapu atau mencuci motor
- Bermain sepeda, petak umpet, atau naik turun tangga
Kecerdasan Interpersonal
Libatkan anak lain/tetangga yang sebaya untuk ikut bermain bersama anak Anda. Hal ini untuk mengajarkan Anak belajar berbagi dan menghargai orang lain
Kecerdasan Intrapersonal
- Menggambar, untuk melihat harapan-harapan atau luapan emosi yang saat itu sedang
  dominan pada dirinya
- Bermain peran, semisal bermain ayah-ibu atau tokoh-tokoh kepahlawanan
Kecerdasan Logis Matematis
- Ajak anak bermain pasel (puzzle) dengan kepingan yang lebih banyak
- Bermain susun balok yang memiliki angka atau huruf
Kecerdasan Musikal
- Perdengarkan lagu anak-anak, ajarkan sampai hafal satu lagu, dan bernyanyilah
   bersama-sama dengannya.
- Bermain alat musik seperti gitar atau piano mini, untuk meluapkan kecerdasan
   musikalnya
Kecerdasan Naturalis
- Menanam pohon bersama, menyiram dan memberi pupuk bersama-sama
- Memberi makan pada hewan piaraan seperti memberi makan ikan sambil Anda
   bercerita mengenai hal-hal tentang ikan
Kecerdasan Linguistik
- Berikan buku yang sudah memiliki teks (jika sudah bisa membaca)
- Jika belum bisa membaca, bacakan cerita dan ajak anak Anda menceritakan 
   pengalamannya tentang apa saja
- Ajak anak menemukan simbol-simbol sepanjang perjalanan ketika bersama Anda