Indira bermain pura-pura menjadi princess
Bermain pura-pura atau pretend play, permainan imajinatif yang biasa dilakukan anak berusia 3-5 tahun. Semua peran sah-sah saja dimainkan.
Sekilas, bermain peran pura-pura itu tampak aneh bagi orang dewasa. Permainan tersebut adalah kegiatan yang wajar bahkan penuh manfaat bagi anak.
Memasuki tahun kedua usianya, anak mulai dapat mengombinasikan beberapa kata. Dia mulai memahami kalimat-kalimat sederhana. Si kecil pun mulai asyik meniru perilaku orang-orang dewasa di sekitarnya dengan cara bermain.
Anak-anak sering kali terlihat sangat serius dalam bermain pura-pura. Satu set peralatan minum teh bisa menjadi tempat untuk menjamu teman-teman imajinasinya.
Menurut Psikolog Dr Sandra Shiner, bermain pura-pura adalah bagian dari perkembangan anak yang sehat. Permainan jenis ini, lanjutnya, adalah salah satu akar dari jiwa seseorang.
Salah satu karakter manusia adalah kemampuan untuk berfantasi yaitu kemampuan untuk menarik atau mengubah dunia nyata pada dunia lain yang mungkin lebih menakutkan atau menyenangkan.
Orangtua seharusnya mendukung permainan yang dilakukan anak-anak karena pemikiran kreatif dimulai dari kemampuan untuk berimajinasi tentang ide sebelum melakukannya dalam dunia nyata. Ketika si kecil melihat bagaimana ibu menyuapinya, dia pun meniru dengan cara menyuapi bonekanya.
Ketika melihat ayah ke kantor, dokter memeriksa pasien, guru mengajar, ibu memasak, dengan bebas anak-anak meniru dalam bentuk sebuah permainan.
Orangtua dapat belajar mengenai dirinya dengan mengikuti permainan imajinasi yang dilakukan anak-anaknya.
Jika orangtua ingin mengetahui pandangan anak mengenai Anda, maka dengarkan bagaimana anak Anda berbicara dengan bonekanya. Sering kali Anda dapat mendengar bagaimana ia menyerupai tingkah orangtua saat ia bersama mainannya.
Penelitian yang dilakukan Kathleen Kirby dari Amerika Serikat, menemukan bahwa anak-anak antara usia dua hingga empat tahun melewatkan 45% - 50% waktu luang mereka untuk bermain pura-pura. Studi tersebut dilakukan Kirby terhadap anak-anak di beberapa tempat penitipan anak.
Hampir dua kali lipat banyaknya dari waktu yang mereka lakukan untuk kegiatan lain, kata Kirby.
Ketika bermain pura-pura, si kecil biasanya menggunakan imajinasi dan kata-kata untuk menggantikan objek atau situasi sesungguhnya. Imajinasi anak dapat mengubah benda maupun orang-orang yang terlibat dalam permainannya. Misalnya, tongkat dalam alam pikiran anak bisa saja tetap menjadi tongkat, namun juga dapat menjadi alat pancing atau sapu terbang.
Semakin bertambahnya usia anak, permainan pura-pura semakin canggih dan kompleks. Awalnya, si kecil hanya meniru menyuapi boneka beruangnya. Dengan semakin meningkat kemampuannya berimajinasi, ia akan memanfaatkan berbagai benda yang ditemuinya untuk membantu memainkan sebuah lakon tertentu dalam satu rentang waktu.
Kegiatan bermain pura-pura akan mereda ketika si kecil memasuki usia sekolah. Saat itu anak mulai menggunakan rasionya
Orangtua seharusnya mendukung permainan yang dilakukan anak-anak karena pemikiran kreatif dimulai dari kemampuan untuk berimajinasi tentang ide sebelum melakukannya dalam dunia nyata. Ketika si kecil melihat bagaimana ibu menyuapinya, dia pun meniru dengan cara menyuapi bonekanya.
Ketika melihat ayah ke kantor, dokter memeriksa pasien, guru mengajar, ibu memasak, dengan bebas anak-anak meniru dalam bentuk sebuah permainan.
Orangtua dapat belajar mengenai dirinya dengan mengikuti permainan imajinasi yang dilakukan anak-anaknya.
Jika orangtua ingin mengetahui pandangan anak mengenai Anda, maka dengarkan bagaimana anak Anda berbicara dengan bonekanya. Sering kali Anda dapat mendengar bagaimana ia menyerupai tingkah orangtua saat ia bersama mainannya.
Penelitian yang dilakukan Kathleen Kirby dari Amerika Serikat, menemukan bahwa anak-anak antara usia dua hingga empat tahun melewatkan 45% - 50% waktu luang mereka untuk bermain pura-pura. Studi tersebut dilakukan Kirby terhadap anak-anak di beberapa tempat penitipan anak.
Hampir dua kali lipat banyaknya dari waktu yang mereka lakukan untuk kegiatan lain, kata Kirby.
Ketika bermain pura-pura, si kecil biasanya menggunakan imajinasi dan kata-kata untuk menggantikan objek atau situasi sesungguhnya. Imajinasi anak dapat mengubah benda maupun orang-orang yang terlibat dalam permainannya. Misalnya, tongkat dalam alam pikiran anak bisa saja tetap menjadi tongkat, namun juga dapat menjadi alat pancing atau sapu terbang.
Semakin bertambahnya usia anak, permainan pura-pura semakin canggih dan kompleks. Awalnya, si kecil hanya meniru menyuapi boneka beruangnya. Dengan semakin meningkat kemampuannya berimajinasi, ia akan memanfaatkan berbagai benda yang ditemuinya untuk membantu memainkan sebuah lakon tertentu dalam satu rentang waktu.
Kegiatan bermain pura-pura akan mereda ketika si kecil memasuki usia sekolah. Saat itu anak mulai menggunakan rasionya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar